Tersusun Dalam Corologi

Peninggalan Masa Lampau Yang Misterius Dan Ufo

Suatu Tantangan Bagi Ilmu Pengetahuan

Di Perancis, di Amerika Serikat, di Inggris, di India, dan di manapun juga di muka bumi ini, orang telah melihat adanya benda-benda luar angkasa, yang dalam bahasa asingnya disebut “Unidentified Flying Objects” (=benda-benda tak dikenal, yang berterbangan di angkasa luar), atau disingkat UFO s; ribuan, atau mungkin ratusan ribu, bentuk akibat cahaya-aneh dan pisin atau piring di angkasa, telah dilihat oleh manusia.

Hanya sedikit sajalah pengamatan, yang dapat diuraikan secara jelas dan teliti, seperti yang dilakukan oleh seorang dokter di New York mengenai apa yang telah dia lihat bersama keluarganya. Apa yang telah dia lihat bersama keluarganya itu, terjadi pada tanggal 11 April 1964, pada jam 18.30 (malam hari), dan berlangsung selama tidak kurang dari 45 menit.

Kita akan mengutip uraiannya secara penuh dengan menekankan, bahwa penyaksian itu bukanlah berasal dari surat kabar ataupun dari orang ketiga. Apa yang akan kita kemukakan, merupakan laporan resmi dari si dokter itu sendiri kepada instansi-instansi pemerintah.

Sebuah bekas yang panjang, yang berakhir pada sebuah Spiral hitam legam. Laporan, yang luar biasa itu, berbunyi sebagai berikut: “Isteri saya, dua orang anak saya dan saya sendiri sedang bertamasya di sebuah lereng bukit setinggi 1.800 kaki diatas permukaan laut, kira-kira 10 mil sebelah Barat-Laut dari Homer, New York. Waktu menunjukkan jam 6.30 malam hari, angin datang dari arah Utara dengan kecepatan kirakira 5 mil setiap jamnya; keadaan cuaca dan udara sangat cerah, dengan sedikit lapisan awan ditepi-langit sebelah Barat. 

Pada kira-kira jam 6 tadi, beberapa pesawat pembom jet meningggalkan uap bekas perjalannya melintas di langit dari Barat ke arah Timur, akan tetapi bekas itu telah hilang tak lama kemudian. Ketika saya, pada kira-kira jam 6.30, mendongak melihat ke langit agak ke arah Barat-Laut, tampaklah sesuatu, yang saya duga merupakan sebuah bekas yangs angat besar dari sebuah pesawat jet, yang sedang terbang dari arah Timur Laut menuju ke arah Barat Daya. Bekas itu kelihatan sangat putih

dan lebar. Pada ujungnya, yang sebalah Barat-Daya, sepanjang kira-kira satu mil, bekas itu terputus. Dan di tempat itu kemudian tampaklah sebuah bentuk spiral hitam-legam sepanjang kira-kira satu mil, yang kelihatannya seperti asap. Kita lihat, bahwa bekas yang putih itu adalah terlalu lebar sebagai bekas pesawat terbang, dan bahwa bagian, yang berwarna hitam itu, tampaknya dikarenakan oleh sudut cahaya matahari, yang dihalangi oleh sebuah bukit yang terletak sejauh beberapa mil di sebelah Barat tempat kita berada.

Bekas uap putih itu tetap menggantung di udara, dan perlahan-lahan menurun ke arah Selatan sambil melenyap. Andaikata bekas yang putih itu tidak mendadak terputus, disusul oleh kehampaan, untuk kemudian disusul munculnya spiral-spiral hitam-legam itu, maka kita akan menganggap, bahwa apa yang kita lihat itu merupakan suatu kejadian biasa.”

Saya sekeluarga semua mengawasi peristiwa aneh itu

“Kira-kira sepuluh menit telah berlalu. Mendadak saya sadar, bahwa spiral asap hitam itu menurun ke arah Barat, sedangkan bekas yang putih itu telah bergerak menurun ke arah Selatan. Dan lagi, spiral hitam itu menjadi lebih hitam lagi; kami semua melihat kejadian itu. 

Kemudian saya mengambil teropong 6/25 saya, untuk lebih jelas mengamat-amati spiral asap hitam itu; saya sangat heran, karena meliha kejadian seperti kegiatan gunung berapi, yang tampak dari asap hitam itu. Asap itu sekarang mendekati kelompok lapisan awan, yang ada di langit sebelah Barat. 

Kemudian, secara mendadak, spiral asap hitam itu merubah kedudukannya dari horisontal menjadi vertikal; asap hitamnya bertambah banyak, dan kelihatan seperti sebuah kapal terbang yang dikelilingi oleh asap, yang perlahan-lahan jatuh dari langit. 

Pada waktu yang bersamaan, asap itu mengambil bentuk, yang mirip dengan bentuk pisang. Dia tidak lagi kelihatan seperti jatuh; dia berhenti sama sekali, dan tetap menggelantung di udara selama dua atau tiga menit. Kemudian dia kelihatan seakan-akan melebur diri dalam awan dan menghilang. Kami berempat dapat dengan mudah melihat kejadian itu semua tanpa teropong”.

Sebuah Kilatan Cahaya Putih

“Kira-kira tiga menit lagi telah berlalu, dalam waktu mana kami saling bertanya, apakah mata kami benar-benar telah melihat semua kejadian tadi. Dan kemudian, Secara tibatiba, anak perempuan saya berseru: ‘Itu ada lagi’. Yang muncul itu ternyata merupakan sebuah benda yang berbentuk pensil. Pada jarak yang demikian jauh, kami tidak dapat memperkirakan berapa panjangnya benda itu, akan tetapi benda itu mungkin sebesar kapal selam. 

Dia bergerak sepanjang batas langit, dari kiri ke kanan. Kami tidak dapat memastikan, apakah benda itu merupakan benda yang pertama tadi, ataukah benda lain lagi, yang mengikuti benda pertama, sebab penampilan ke dua ini terjadi di tempat, yang terletak di sebelah kiri dari tempat, di mana benda yang pertama tadi menghilang dalam awan. 

Pada waktu saya sedang mengama-amati benda itu dengan teropong saya, tampaklah sebuah kilatan cahaya putih ke luar dari bagian belakangnya, dan, dengan kecepatan yang luar biasa tingginya, benda itu meluncur ke depan sampai jarak sepanjang lima kali panjangnya sendiri, untuk kemudian dengan mendadak berhenti lagi. Selama itu, benda itu tetap berbentuk pencil, dan kelihatannya terkatung-katung di udara. 

Anak saya, yang laki-laki, menguraikan kejadiannya, pada waktu saya mengamat-amati semuanya dengan teropong. Benda itu menjadi besar di bagian tengahnya, dan kemudin, sambil mengeluarkan asap, meluncur ke belakang lagi, sejauh dan dengan kecepatan sama dengan pada waktu meluncur ke depan tadi. Sekali lagi dia berhenti, dan panjangnya mulai menyurut, sehingga bentuknya berubah menjadi bentuk cakram, dan tebal di bagian tengah”.

Andaikata Kami Berempat, Tidak Semuanya Melihat Kejadian Itu, Maka Saya Akan Ragu Ragu Untuk Memohon Perhatian Anda mengenai Laporan Saya ini. “Kemudian terjadilah bagian, yang paling tidak masuk akal, dari keseluruhan peristiwa itu. Benda itu berubah lagi, dari bentuk cakram atau piring menjadi bentuk bulat, dan kemudian perlahan-lahan membelah diri menjadi dua, bagian yang satu diatas bagian yang lainna; bentuknya seperti sel dibawah sebuah mikroskop. 

Bagian yang atas kemudian tambah lama tambah mengecil, dan akhirnya hilang menjauh. Akan tetapi bagian yang lainnya menurun dengan sudut 45 derajat ke arah tempat, dimana tadi menghilang benda yang berbentuk pisang. Pada tempat itu, dia nenbelah diri lagi menjadi dua, akan tetapi bagian bawahnya mengambil bentuk pensil horisontal, sedangkan bagian atasnya kemudian menghilang. Kami mengetahui, bahwa bentuk pensil itupun menghilang dari pandangan. Keseluruhan peristiwa itu terjadi kira-kira 45 menit.

Andaikata kami tidak semuanya melihat kejadian itu,, mka saya akan ragu-ragu untuk membuat laporan ini.

Di Planit-Planit Lain Tidak Mungkin Ada Kehidupan?

Seperti halnya ribuan laporan lainnya, maka laporan dokter dari New-York itu jelas merupakan suatu laporan dari seseorang, yang mempunyai maksud baik, dan yang sehat pikiranya serta tidak mempunyai gagasab yang aneh-aneh seorang warga Amerika, yang baik danjujur yang seperti yang dikatakannya sendiri, “hanya menguraikan secara berhati-hati hal-hal, yang telah benar-benar dia lihat”.

Akan tetapi, walaupun sudah ada banyak dan beraneka ragam bukti, namun ilmupengetahuan secara resmi masih belum mai mempertimbangkan dan memperhatikan persoalan UFOs. Pendapat para sarjana kuno dapat diringkas sebagai berikut: Uraian mengenai pringterbang dan benda-benda angkasa-luar merupakan hasil dan akibat dari gangguan syaraf.

Tidak mungkin ada kehidupan yang berakal, seperti yang kita kenal di bumi kita ini, di dunia lain terutama dalam susunan matahari. Bumi kita ini mungkin merupakan satusatunya planit, yang memiliki semua syarat yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembangnya kehidupan yang lebih tinggi. Kalau tokh ada kehidupan di lain planit, maka kehidupan itu tidak akan lebih daripada kehidupan bebeapa macam tumbuh tumbuhan dan kuman-kuman. 

Dan, sekalipun andaikata ada suatu bangsa makhluk berakal hidup di salah satu planit lain, bagaimanakah mereka dapat sampai di bumi kita ini?! Dunia, yang mungkin ada penghuninya, terletak demikian amat sangat jauhnya dari bumi kita; jaraknya diukur dengan kecepatan cahaya setahun. Bagi kita sendiri, kita tidak akan mungkin datang di dunia lain, yang letaknya demikian jauh dari bumi kita. 

Kalau kita membayangkan suatu ekspedisi ke luar tata-bintang kita sendiri, maka apa yang kita bayangkan itu hanyalah merupakan suatu khayalan belaka. Sebab ekspedisi demikian, akan menjumpai kesulitan-kesulitan di bidang fisiologi dan teknik, yang tidak dapat dipecahkan.

Dan dari sudut pandangan itu, para sarjana kuno melanjutkan bertanya mengenai bagaimana mungkin makhluk lain dengan hasil baik dapat melakukan sesuatu, yang kita sendiri tidak akan dapat melakukannya. Apa yang disebut pesawat angkasa luar, yang katanya pernah terlihat, sebenarnya tidak ada; dan orang, yang mengira bahwa dia pernah melihatnya, merupakan korban dari khayalannya sendiri.

Angan-angan Ilmu pengetahuan

Adalah jelas, bahwa para sarjana kuno telah menerima secara mutlak pernyataan, yang telah dikeluarkan oleh akhli kimia besar Marcelin Bethelot dalam tahun 1887, yang berbunyi: “Sejak saat ini di jagad raya tidak ada lagi misteri”. Dan pada waktu yang kirakira sama, Professor Lippmann, yang terkenal, berkata kepada salah seorang mahasiswanya, bahwa ilmu alam telah selesai, dibagi-bagi, tersusun dalam urutan yang baik, dan lengkap, dan menyarankan agar muridnya itu memasuki lapangan pengetahuan lain. 

Mahasiswa itu bernama Heilbronner, yang kemudian menjadi seorang professor pertama di bidang ilmu kimia fisika di Eropa; dia telah membuat penemuan-penemuan yang hebat mengenai pencairan udara dan logam-logam ultraviolet. Para akhli jaman Napoleon III menunjukkan dengan semua bukti yang tersedia, bahwa dinamo Gramme tidak akan berputar, dan Turpin, yang telah menemukan obat peledak, ditangkap sebagai orang yang tak waras otaknya.

Seorang akhli matematika yang genius, Poincare, yang menjadi korban gagasan yang berlaku pada waktu itu, menulis sebagai berikut: “Pikiran sehat saja sudah cukup, untuk memberi pengertian kepada kita, bahwa jelas tidak mungkinlah untuk menghancurkan sebuah kota dengan memecahkan dan mencerai beraikan 1/2 kg. logam”.

Ketika Heraclitus Membayangkan Einstein

Hiroshima, dan sejumlah peristiwa genting lainnya, telah menghancurkan sama sekali batas batas sempit positivisme ilmu pengetahuan dari Poincare dan Berthelot. Kita sekarang lebih berhati-hati dan waspada. Kita mengetahui, bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat menjelaskan segala-galanya, dan bahwa dunia ini penuh dengan misteri dan kejadian-kejadian aneh; daftar keajaiban-keajaiban, yang belum dapat dipecahkan berdasarkan ilmu pengetahuan, adalah sangat panjang. 

Kita akan mempunyai kesempatan, dalam rangkaian buku ini, untuk mengetahui keajaiban-keajaiban itu, bukannya untuk menantang atau mengejek para sarjana, melainkan sebagai suatu peringatan penting, bahwa kita tidak boleh menyombongkan diri.

Pengertian-pengertian dalam kepercayaan keagamaan merupakan dasar, di mana kita membangun pengetahuan dan pandangan kita tentang dunia. Juga mengenai waktu dan jarak.... Lima abad sebelum Masehi, Heraclitus yang pandai menyinggung secara aneh soal air dalam sebuah sungai, yang “pada waktu yang sama bergerak dan tetap tanpa gerak”. Penemuan-penemuan terakhir dari Langevin, Perrin dan Einstein, secara aneh telah menjadikan ilham Heraclitus suatu kenyataan.

Eric Temple Bell menulis: “Tentunya tidak pernah dipercaya pada waktu itu; sekali lewat, terus masuk ke dalam kehampaan; waktu adalah satu dan abadi, waktu yang telah lalu, waktu sekarang dan waktu yang akan datang hanyalah merupakan segi pandangan yang berbeda-beda”.

Kesangsian Merupakan Suatu Hal, Yang Kita Alami Sehari-hari

Kita sekarang hidup dalam jaman, di mana sejarah menahan napasnya, di mana “apa yang ada” dilepaskan dari “apa yang telah lalu”’ persis sebagai sebuah bukit es lepas dari pegunungan es dan terus mengapung pergi mengarungi lautan yang tanpa batas. Sekarang ini merupakan suatu jaman, yang tidak lagi dikelilingi atau dibatasi oleh ketentuanketentuan, yang sulit dimengerti.

“Sangsi dan ragu-ragu adalah nasib kita sehari-hari”, berkata dengan getirnya Von Braun, si gembong roket. Dan karenanya, mengapakah kita harus menolak laporan orang-orang, yang telah menyaksikan sendiri benda-benda angkasa luar dan UFOs? Berdasarkan ilmu pengetahuan apakah kita lakukan penolakan itu? Sebab masing-masing ilmu pengetahuan telah menyatakan sendiri batas-batas bidangnya, dan ilmu pengetahuan sendiri telah mengakui ketidak mampuannya untuk memberikan penjelasan mengenai semua keajaiban! 

Dengan sendirinya kita mempunyai kecenderungan untuk menekan ke luar khayalan-khayalan, yang aneh itu, dari rasa kesadaran kita; uraian-uraian yang tak masuk akal, dan orang-orang hijau kecil, yang ke luar dari kapal-kapal terbang mereka yang aneh di tengah-tengah lapangan.... Dan, dengan sendiri, tidak adalah sesuatu untuk membuktikan secara konkrit adanya mereka iu, Di bumi kita ini tidak ada “benda-benda angkasa luar”, yang dapat kita amat-amati, atau piring terbang yang dapat kita kupas....

Akan tetapi, di dunia ini demikian banyak orang, yang menyaksikan; apakah uraian mereka itu harus ditolak demikian saja? Ratusan ribu pria dan wanita telah menguraikan kejadian-kejadian, yang mereka alami sendiri; dapatkah kita menganggap mereka semua sebagai pembohong dan penipu, sebagai orang gila, sebagai orang tidak normal atau orang tidak waras?

Perkawinan Aneh Antara Hal, Yang Mengherankan, Dengan Hal, Yang Pasti dan Nyata.

Oleh karena ilmu pengetahuan itu terus maju, maka kita tambah lama tambah lebih mengetahui apa yang tadinya tidak kita ketahui. Ilmu pengetahuan itu mengajarkan kepada kita, bahwa ada hal yang sederhana dan dapat kita lihat, dan hal yang kompleks dan tidak dapat kita lihat. Sebuah meja, sebuah kursi dan langit yang berbintang, merupakan suatu kenyataan, yang pada dasarnya berlainan sama sekali dengan pemikiran dan gagasan mengenai benda-benda itu.

Paul Valery, penulis syair ramalan yang halus “Le Cimetiere marin” (Kuburan angkatan laut), di mana “anak-anak panah terbang dan tidak terbang...” menyatakan dalam jilid IV dari tulisannya “Varietes” (Perbedaan), bahwa, di bidang pengetahuan, “yang mengherankan dan yang pasti telah bersepakat untuk mengadakan perkawinan yang mentakjubkan”. 

Di dalam biologi, ilmu alam dan matematika, sekarang digunakan katakata “tempat lain yang tertentu”, “cahaya terlarang”, dan “jumlah tenaga tertentu”, yang kesemuanya merupakan istilah istilah, yang belum berapa lama berselang hanya digunakan oleh para tukang sihir, atau oleh orang-orang yang menangani soal-soal ajaib, dan dalam syair.

Itu semua merupakan gangguan dari yang aneh-aneh ke dalam bidang ilmu pengetahuan pasti, suatu penyerbuan dari yang tak masuk akal ke dalam benteng ilmu pengetahuan.... Hal yang aneh-aneh bukan lagi hanya merupakan hasil dari khayalan kita. Dan... oleh sebab itu, bagaimanakah kita sekarang dapat menentukan secara pasti garis batas, yang memisahkan keanehan dari kenyataan, “dunia yang tak terlihat” dari “dunia yang terlihat”? Siapakah, yang berhak dan mempunyai kekuasaan, untuk mengatakan, bahwa tidak dunia lain, yang sejajar atau menyamai dunia kita ini?

Adakah Suatu Pangkalan UFO, Yang Amat Sangat Rahasia?

Dan bagaimanakah, andaikata piring-piring terbang itu merupakan bagian dari salah satu dunia, yang menyamai dunia kita ini? 

Kemungkinan itu tidak lepas dari pemikiran para penyelidik, yang berpendapat, bahwa di sesuatu tempat di dunia ini UFOs mempunyai pangkalan, yang amat sangat rahasia; dari pangkalan itu mereka sewaktu-waktu muncul, untuk mengunjungi dan mengamat-amati kita!

Berkenaan dengan dunia lain yang menyamai dunia kita itu, seorang akhli antropologi Amerika, Loren Eiseley, menguraikan suatu ceritera aneh. Suatu ceritera mengenai pertemuan antara seekor burung gagak dan sesuatu, yang diperkirakan merupakan seorang manusia terbang. Eiseley menulis sebagai berikut:

“Menjumpai suatu dunia lain bukanlah semata-mata merupakan suatu kejadian Khayalan belaka. Hal itu dapat terjadi pada manusia, dan kadang-kadang juga pada binatang. Batas antara dunia kita dan dunia lain itu bergeser atau saling bertautan; dan kalau kita berada di batas itu pada waktu terjadinya pergeseran atau pertautan, kita akan mengalami hal yang aneh. Saya melihat hal itu terjadi pada seekor burung gagak; burung itu tetangga saya. 

Saya tidak pernah mengganggunya, akan ttapi dia sangat berhati-hati, dan tetap tinggal di puncak pohon-pohon, atau terbang tinggi menghindari manusia. Dunianya mulai pada tempat, yang tak dapat dijangkau oleh penglihatan saya.

Pada suatu pagi, daerah kami diliputi oleh kabut, yang luar biasa tebalnya. Saya harus mengira-ngira jalan saya ke stasiun kereta api. Dengan sangat tiba-tiba, padaketinggian mata saya, muncullah dua buah sayap hitam kelam dengan didahului sebuah paruh besar, dan keseluruhannya itu tadi lewat secepat kilat, dengan mengeluarkan teriakan yang sangat mengerikan, sehingga saya menjadi takut. Suara teriakan itu terus mengganggu saya sepanjang hari; rupa-rupanya ada yang ditakuti oleh burung itu. 

Saya mengawasi diri saya di dalam cermin, untuk mengetahui apakah kiranya demikian menakutkan pada diri saya. Akhirnya saya mengerti. Batas antara dunia kita dan dunia lain itu bergeser karena kabut! Burung gagak itu, yang mengira bahwa dia sedang terbang pada ketinggian yang biasanya, tiba-tiba dikejutkan oleh suatu pemandangan; baginya, pemandangan itu sangat 
bertentangan dengan kebiasaan yang dia ketahui! 

Dia telah melihat seorang manusia berjalan di udara, di dalam daerah dunia si burung gagak itu. Dia telah berjumpa dengan suatu wujud, yang amat sangat ganjil baginya; dia telah melihat manusia terbang....Sekarang, kalau dia dari atas melihat saya, dia berteriak kecil, dan mengenal suara, yang ragu-ragu itu, sebagai teriakan makhluk yang dunianya telah goyah. Dia sudah tidak sama lagi seperti burung gagak yang lain-lainnya”.

Apakah UFOs Mengancam Planet Kita?

Dalam menolak untuk mengakui adanya bukti-bukti mengenai UFOs, apakah kita tidak sudah menunjukkan rasa takut kita dalam persoalan “Pergeseran batas”, walaupun secara bingung? Apakah itu disebabkan karena ketakutan kita terhadap apa yang belum kita ketahui? Mungkin, secara tidak sadar, kita tertawakan kejadian itu karena kita tidak dapat mengertinya, dan juga karena kita ingin mengelilingi dunia kita dengan suatu dinding, untuk melindungi diri kita dari ganggguan hantu-hantu itu, yang datang dari tempat lain yang tidak kita ketahui.

“Penolakan terhadap kejadian nyata, yang tidak kita mengerti, tidak pernah dapat mengembangkan ilmu pengetahuan sedikitpun juga”, demikianlah akhli perbintangan terkenal, Camille Flammarion, menulis.

Sebenarnya sudah banyak sarjana, yang merasa tertarik pada persoalan UFO, misalnya orang-orang seperti Allen Hyneck dan James MacDonald, dua orang konsultan teknik pada komisi penyelidikan Angkatan Udara Amerika Serikat. Dr. Allen Hyneck, Direktur Observatorium Darborn, dekat Detroit, yang mengikuti pendapat para sarjana kuno, mulamula menolak adanya UFOs sebagai kenyataan, akan tetapi setelah penyelidikanpenyelidikannya, dia merubah sikapnya mulai tahun 1965, karena sangat banyaknya laporan-laporan yang memerinci, yang disampaikan kepadanya. 

Dan beberapa tahun kemudian, dia menyatakan pendapatnya secara resmi, bahwa “piring terbang” memang benar-benar ada, dan bahwa benda itu merupakan kendaraan angkasa luar, yang datang dari dunia lain yang juga berpenghuni. Malahan lebih daripada itu, dalam tahun 1972, di Universitas “Northwestern”, dia mengadakan kursus, yang pertama di dunia ini, mengenai UFOs.

Seperti halnya Allen Hynek, James MacDonald juga merasa yakin tentang adanya “piring terbang” itu. Menghadapi penolakan tentang adanya UFOs, yang dilakukan oleh Komisi Penyelidikan Amerika-penolakan, yang nantinya akan kita bahas-MacDonald tidak raguragu untuk mengajukan permohonan. Di depan Komisi Ruang Angkasa dari PBB dia berseru sebagai berikut:

“Kepada para sarjana, yang menolak adanya kenyataan ilmiah tentang adanya UFOs, saya mohon dengan sangat untuk mau menunjukkan kemurahan hati.... Bukti-bukti, yang terkumpul selama beberapa tahun ini adalah mengagumkan.... Ancaman UFOs terhadap bumi kita bukanlah merupakan suatu soal khayalan ilmiah, atau suatu khayalan menakutkan... semuanya adalah benar dan nyata. Terus menolak, menurut pendapat saya, merupakan sikap yang tidak bijaksana....”.

Prasejarah Resmi; Apakah itu Merupakan Sesuatu Lelucon Belaka?

Semua ceritera kuno memperkuat pendapat MacDonald. Ceritera-ceritera iu menguraikan soal kendaraan terbang, manusia ruang angkasa, dan pengunjung yang datang dari “Seberang”.

Bagaimanakah dapat dijelaskan, bagwa ceritera-ceritera kuno, yang ada di tempat-tempat dari Mesopotamia sampai ke Tibet, dari Amerika Selatan sampai ke Cina dari Irlandia sampai ke Jepang, hampir sama atau serupa satu sama lain? 

Bagaimanakah andaikata ceritera-ceritera kuno itu bukanlah hanya merupakan dongengan belaka, melainkan sedikit banyak merupakan laporan tentang peristiwa yang benar-benar terjadi, yang pernah dialami oleh para nenek moyang kita pada jaman dahulu? Brinsley

Le Poer Trench menulis sebagai berikut: “Mitologi ditulis secara cepat, merupakan sejarah yang diringkas, dan bersifat sejajar atau semacam. Kebenaran, yang tersembunyi di belakang sebuah ceritera kuno, mempunyai arti dan makna yang lebih luas daripada arti sejarahnya sendiri”.

Para akhli miologi, yang mempunyai nama besar di dunia-Craffard, Evans, Ullrich mengajarkan kepada kita, bagaimana kita harus melihat dongeng-dongeng, yang sangat kuno, mengenai umat manusia, dengan suatu kacamata baru. Menurut Ullrich misalnya, dua benua yang terendam air, Atlantis dan Mu, kini yang satu berada di bawah perairan Laut Atlantik dan yang lain di bawah perairan Laut Pasifik, bukanlah merupakan kerajaan dongeng kuno. Kita akan melihat, bahwa beberapa akhli mitologi mengemukakan pandangan, yang mengagumkan. 

Menurut mereka, Atlantis dan Mu masing-masing merupakan kerajaan pertama, yang didirikan oleh orang-orang angkasa luar di bumi kita beberapa puluh ribu tahun yang lalu. Dua Kerajaan, yang kemudian dihancurkan oleh banjir dunia, yang melemparkan umat manusia kembali ke Jaman Batu.

Craffard menyatakan:”Prasejarah, sbagai yang diajarkan dalam buku-buku, merupakan suatu lelucon besar”. Warisan Yang Amat Sangat Kuno, Dari Peradaban Yang Telah Hilang Kita mengetahui, bahwa sejarah mengandung hal-hal terentu, yang tidak kita duga semula. 

Selama beberapa ribu tahun orang menganggap secara naif, bahwa Troya merupakan sebuah kota dari cerita-cerita kuno, yang diciptakan oleh penyair Homer. Seorang saudagar Jerman Schlieman, kemudian mengadakan penyelidikan sendiri, untuk mengetahui kebenaran persoalan itu. Dan kita mengetahui bagaimana hasilnya.

Mengapakah tidak akan terjadi yang sama dengan “kendaraan-terbang”, orang-orang angkasa luar dan Atlantis? Siapakah yang tidak akan mengatakan, bahwa di kemudian hari akan muncul orang-orang seperti Schliemann, untuk menggali reruntuhan peradaban tertentu, yang telah hilang?

Ilham Heraclitus, Democritus dan para ahli falsafah atom Yunani dalam persoalan kenesbian (yang tidak mutlak/abadi) muncul pada jaman 2500 tahun sebelum terjadinya penemuan-penemuan Einstein.

Contoh terakhir itu bukanlah merupakan contoh satu-satunya. Kita akan melihat, bahwa penemuan-penemuan dalam abad ke 20 ini sering kali merupakan penemuan kembali (!), dan bahwa cerita-cerita kuno tertentu bersifat penyaksian mengenai ilmu pengetahuan yang mengagumkan. Apakah itu semua merupakan sebuah peninggalan jaman purba, yang diwariskan kepada kita oleh suatu bangsa manusia yang berkebudayaan tinggi, yang peradabannya kemudian di sapu bersih oleh suatu bencana alam seperti Banjir-Taufan?

Bagaimanakah andaikata ceritera, yang paling kuno, mengenai manusia, ceritera mengenai jaman ribuan tahun yang lalu, menguraikan soal ekspedisi angkasa luar yang aneh?

Dan bagaimanakah andaikata para sarjana jamans ekarang baru mulai mengerti isyarat-isyarat pertamanya saja? Bagaimanakan selanjutnya, kalau kita menyiapkan diri untuk mengulangi perjalanan-perjalanan di angkasa luar, dalam pola nenek moyang kita yang paling pertama, yang dengan tiba-tiba muncul dari angkasa luar? Sebagaimana dikatakan oleh Shakespeare: “Apa yang telah lalu merupakan suatu pendahuluan”.

Nenek Moyang Kita Berasal Dari Jagad Raya

Mula pertama, yang ada hanyalah ruangan kosong; tidak ada malam dan tidak ada siang, tidak ada daratan dan tidak ada lautan, tidak ada matahari dan tidak ada langit. Yang ada hanyalah suatu kehampaan besar, yang sunyi senyap. Waktu berlalu tersu tanpa terukur.....Kemudian kehampaan itu mulai bergerak, dan merobah diri menjadi “Po”.

Semuanya gelap, kegelapan yang pekat. Kemudian lagi “Po” itu sendiri mulai berputar. berobah. Sesuatu, yang baru itu, seperti pasir, dan pasir itu berobah menjadi bumi yang keras, dan bumi itu membesar. Akhirnya terwujudlah “Papa”, ibu dari bumi; dia meluas dan menjadi daratan besar....Di dalam airnya terdapat tumbuh-tumbuhan, binatang dan ikan, dan mereka semua mengembang-biak. Hanya manusialah, yang tidak ada. 

Selanjutnya “Tangaloa” menciptakan “Tiki”, yang merupakan nenek moyang kita.....’ Demikianlah ceritera mengenai terciptanya dunia, yang diuraikan oleh seorang laki-laki tua, Te-Jha-A-Te-Pange, yang menjadi penghuni pulau Raroia, dalam kelompok kepulauan Tuamotu, kira-kira sejauh 450 mil di sebelah Timur-Laut pulau Tahiti.

Lima Daya Kemanusiaan

Munculnya seorang manusia di dunia selalu menimbulkan sejumlah pertanyaan tertentu, misalnya: Kapankah dia datang, dan bagaimanakah rupanya?” Menentukan tanggal kedatangannya adalah sulit, akan tetapi ada sangat banyak teori mengenai bentuk-rupa nenek moyang kita.

Seorang pengkhayal Amerika, Edgar Cayce, mengatakan bahwa manusia mewujudkan dirinya dalam “lima persyaratan”, yaitu: lima indera, lima akal, lima lingkungan, lima perkembangan, lima bangsa. Cayce tidak dapat memberi keterangan yang jelas mengenai gagasan dan makna, yang tersembunyi di belakang rumus yang tak jelas itu. Akan tetapi ketika ditanyakan kepadanya, bagaimana lima bangsa itu muncul, dia menjawab:

“Mereka semua muncul pada waktu yang bersamaan.”

Tigapuluh tahun kemudian pendapat Cayce dibenarkan oleh Carleton S. Coon, seorang Profesor di bidang Antropologi di Museum Universitas Pennyslvania. Carleton menyatakan sbb: “Kira-kira 500.000 tahun yang lalu, umat manusia dibagi dalam lima bangsa atau lima jenis; dan lima bangsa itu masing-masing brkembang terlepas satu sama lain. ‘Homo erectus’ menjadi ‘homo sapiens’ bukan hanya satu kali, melainkan lima kali, pada tingkatan, ketika masing-masing bangsa menyeberangi ambang-pintu kecerdasan.

Mungkin ada jarak-waktu 200.000 tahun antara waktu menjadi cerdasnya bangsa yang pertama dan saat bangsa yang ke lima dapat mencapai tingkat-kecerdasan itu”. 

Kerangka Manusia, Yang Berukuran Lebih Daripada 16 Kaki.

Menurut beberapa orang teman sekerja Professor Coon, maka bangsa, yang pertama kali hidup di dunia ini, merupakan suatu bangsa raksasa. Untuk memperkuat dasar pendapat mereka, para penyelidik ilmiah itu menunjuk kembali kepada penermuan kerangkakerangka manusia, yang berukuran tidak lumrah.

Mengapakah mereka demikian besar? Menurut sarjana-sarjana tertentu, beberapa buah satelit, yang kira-kira 300.000 tahun yang lalu mengorbit bumi kita, telah mendekati planit kita, dan mengeluarkan daya tarik yang kuat, yang banyak mengurangi tenaga gaya berat bumi. Keadaan itu menimbulkan suatu pembesaran pada manusia, hal mana dapat merupakan penjelasan tentang diketemukannya kerangka manusia yang berukuran hampir 17 kaki, yang diketemukan di Gargayan, sebuah propinsi di Pilipina bagian Utara. 

Di Cina bagian Selatan, juga diketemukan bagian-bagian kerangka manusia, yang berukuran hampir 10 kaki.

Banjir taufan Prasejarah.

Mengenai hal ini, Michel Cargese menulis sebagai berikut; “Sebagai penyelidik angkasa luar, teleskop yang besar-besar dan satelit-satelit buatan telah memenuhi kewajiban masing-masing dengan baik. Baru-baru ini alat-alat itu telah menguatkan suatu hukum ilmu gaya, yang diketemukan oleh Roche, seorang Perancis, dalam tahun 1850.

Hukum itu menyatakan, bahwa ‘sebuah satelit alam dengan aman dapat mendekati induk planitnya sampai pada jarak 2 3/4 x garis tengahnya sendiri; pendekatan sampai pada jarak yang lebih pendek lagi, dapat menimbulkan bencana’. Hukum itu telah dapat diterapkan dalam persoalan sebuah satelit yang berputaran mengelilingi planit Merkurius, dan kita dapat meramalkan dengan pasti, bahwa satelit-satelitnya planit Mars telah mendekati saat-saat terakhirnya, sebab kini mereka sudah berada pada jarak 2,767 x garis tengah mereka dari induk planit. 

Bulan kita masih mempunyai waktu hidup yang cukup lama, karena kini masih berada pada jarak 170 x garis tengahnya dari bumi kita. Namun, walaupun demikian, Mr. Danjon, Direktur Observatori Paris, berpendapat, bahwa sewaktu-waktu bulan dapat membentur bumi, atau terbang pergi meninggalkan bumi ke dalam ruang angkasa.

Menurut riwayat kuno, nenek moyang kita dahulu kala termasuk dalam golongan orangorang, yang tidak menjadi korban bencana banjir taufan yang diakibatkan oleh benturan antara sebuah satelit dengan bumi kita.

Satelit itu mengelilingi bumi kita hanya pada jarak beberapa kali garis tengahnya, dan mengeluarkan daya tarik sangat kuat, yang merupakan faktor menentukan dalam soal membesarnya alam dan manusia, yang memungkinkan tumbuhnya manusia sampai berukuran lebih daripada 13 kaki”.

Apakah Nenek moyang Kita Merupakan Bangsa Raksasa?

Karena tarikan gaya berat bumi relatif lemah, maka benda-benda menjadi jauh lebih ringan, dan bagi semua organisme, irama perputaran darah dipermudah dan rasa lelah menjadi berkurang. Keadaan itu memungkinkan manusia mempunyai umur yang sangat panjang. Dia mempunyai otak yang lebih maju dan mempunyai kecakapan-kecakapan tertentu, sehingga dia dapat memperoleh kebijaksanaan dan pengetahuan, yang berlainan dengan kita.

Pembangunan kota-kota “raksasa” dan pengangkutan batu-batu besar, yang beratnya ribuan ton di machu Picchu, di Baalbek, di Gizeh, dan di lain-lain tempat dapat sekaligus difahami dengan adanya orang-orang, yang bertenaga sangat besar, dan adanya ilmu pengetahuan mereka.

Patung-patung, yang berukuran 22 kaki atau lebih, diketemukan di tempat-tempat tertentu di bumi kita ini, di Peru, di kepulauan Marquesas dan di tempat-tempat lain. Mungkin patung-patung itu dibuat menurut ukuran orang yang sebenarnya pada waktu itu, atau mungkin juga dibuat sebagai tanda bakti mereka kepada nenek moyang, yang berukuran besar.

Persesuaian Antara Ilmu Pengetahuan Dan Ceritera purbakala

Untuk menguatkan pendapatnya, Michel Cargese menggunakan sebagai contoh sebuah bengkel alat kerja pra sejarah, yang berumur 300.000 tahun, dan diketemukan di Agadir (Morocco). Di antara benda-benda, yang diketemukan itu, terdapat alat-alat kerja tangan. 

Dan, percaya boleh dan tidak percayapun terserah, masing-masing alat kerja tangan itu beratnya 8 kg, dan hanya dapat digunakan oleh tangan-tangan besar, yang hanya mungkin dimiliki oleh orang yang berukuran tinggi badan 16 kaki!

Michel Cargese menulis sebagai berikut: “Tidaklah merupakan suatu hal yang tergesagesa untuk menyimpulkan, sesuai dengan mitologi, bahwa suatu bangsa, yang terdiri dari raksasa-raksasa, benar-benar telah menginjakkan kaki di bumi kita ini pada jaman 300.000 tahun yang lalu menurut perhitungan para akhli teknik kita.

Segala sesuatunya menguatkan pendapat, bahwa dahulu kala ada sebuah bulan lain, yang mendahului bulan kita, yang menyebabkan timbulnya raksasa-raksasa itu. Kehilangan berat karena tarikan satelit itu (bulan lain itu), maka mereka tumbuh menurut keadaan alam pada waktu itu. 

Dan kemudian terjadilah bencana yang dahsyat; bulan yang lain itu ke luar dari jalan orbitannya, dan menghantam bumi kita. Sebuah benua terkena banjir besar keseluruhannya; poros kutub berobah kedudukannya, dan dengan sendirinya berobahlah juga seluruh keadaan geografi bumi kita. 

Para ‘raksasa’, yang tidak menjadi korban bencana dahsyat itu, menjadi lemah dan merosot sifat dan tabiatnya. Mereka tidak kuat lagi membawa tubuh mereka yang sangat besar itu, dan lambat laun mereka hilang karena keadaan alam, diganti oleh manusia yang lebih kecil, yang lebih sesuai dengan keadaan bumi, Bumi kita tinggal mempunyai bulan, yang kini masih ada, yang daya tariknya jauh lebih kecil daripada bulan yang telah hancur.”

Satu Milyard Alam dunia

Professor Robert Tocquet mengemukakan suatu teori lain, untuk menjelaskan adanya bangsa “raksasa” itu. Ada banyak petunjuk, yang membuat kita berkesimpulan, bahwa lain-lain planit juga berpenghuni. Dalam bukunya “La Vie sur les planetes” (= Kehidupan di planit), Professor

Tocquet menulis sebagai berikut:

Kalau kita ingat, bahwa galaksi kita (galaksi=kelompok bintang, yang terdiri dari ratusan milyard bintang) hanyalah merupakan satu di antara kira-kira 100 milyard galaksi, dan bahwa tiap galaksi terdiri dari bermilyard-milyard tata surya, maka kita terpaksa harus mengakui, bahwa amat sangat besarlah adanya kemungkinan kehidupan dalam ribuan milard tata surya itu”.

Professor Tocquet selanjutnya malahan berpendapat, bahwa di planit Mars hidup makhluk-makhluk yang berakal, dan menulis sebagai berikut: “Kalau mereka ada, maka mereka pasti telah membuat perlindungan badi diri mereka terhadap menghilangnya secara perlahan-lahan air dan oxigen, yang tadinya cukup banyak juga di Mars.

Perlindungan itu dapat mereka adakan dengan jalan membangun kota di bawah tanah, disertai dengan pengaturan, agar udara di atasnya mempunyai tekanan, kelembaban dan temperatur, yang cocok dengan kebutuhan mereka. Akan tetapi, ada juga kemungkinan, bahwa mereka untuk sebagian atau untuk keseluruhannya dapat menyesuaikan diri pada udara yang menipis, karena adanya perubahan dan perkembangan pada sistim pernapasan serta peredaran darah mereka.”

“Saya mengakui Sepenuhnya, Tentang Kemungkinan Adanya Otak dan Kecerdasan Dari Angkasa luar”.

Sarjana-sarjana asing tertentu mempunyai teori, yang sama dengan teori professor Perancis itu. Professor Hermann Oberth, seorang pelopor ilmu pengetahuan modern tentang ruang angkasa dan seorang guru dari von Braun, menyatakan sebagai berikut:

“Saya kira, bahwa hampir 40% dari keseluruhan jumlah bintang mempunyai planitnya masing-masing, dan bahwa kehidupan berakal terdapat di beberapat planit itu. Sebenarnya, pendapat itulah yang merupakan sebab utama, mengapa saya sejak lama sudah tertarik pada soal-soal ruang angkasa”.

Allen Hynek, seorang akhli di bidang UFO-logi, yang kini bekerja untuk NASA (NASA adalah suatu badan resmi Amerika Serikat, yang menggarap segala macam persoalan angkasa luar), dan sedang menyelidiki persoalan UFOs, dalam suatu wawancara di Paris dalam bulan Maret 1968, menguatkan pendapat Professor Oberth. Wawancara itu berlangsung sebagai berikut:

Pertanyaan:

Berapa prosenkah dari keseluruhan jumlah tata surya yang ada, yang mungkin mempunyai kehidupan?

Jawaban:

Ketika saya masih menjadi mahasiswa, maka dianggaplah sebagai sesuatu lelucon kalau kita menyatakan, bahwa ada kemungkinan terdapatnya kehidupan di planit lain. Akan tetapi dengan adanya teori-teori modern mengenai evolusi di bidang perbintangan, maka, setidak-tidaknya bagi sebagian besar bintang-bintang, suatu tata surya kelihatannya dapat terbentuk karena adanya suatu proses pertumbuhan alam. 

Untuk mempertahankan pendapat, bahwa bintang kita, yaitu matahari, merupakan satu-satunya bintang yang mempunyai planit-planitnya, adalah sama saja dengan mengatakan, bahwa kucing kita adalah merupakan satu-satunya kucing yang dapat melahirkan anak kucing. 

Dilihat dari sudut pandangan seorang akhli perbintangan, maka pendapat, bahwa tata surya kita merupakan satu-satunya yang ada, adalah merupakan suatu faham yang sempit. Di sekitar tiap bintang pasti terdapat suatu “daerah beriklim sedang”, di mana keadaannya memungkinkan adanya kehidupan. 

Pertanyaan:

Apakah sudah masuk dalam perhitungan ilmu pengetahuan sekarang, tentang adanya kemungkinan kunjungan makhluk angkasa luar, yang mempunyai peradaban lebih tinggi?

Jawaban:

Tentulah persoalan adanya kemungkinan itu sudah masuk dalam pemikiran kami. Sebagai seorang akhli perbintangan, saya dapat menerima dengan tegas tentang kemungkinan adanya peradaban lain dalam lingkungan galaksi kita. Akan tetapi, persoalan alat pengangkutan untuk dapat mencapai tempat mereka, berada di luar kemampuan pengetahuan saya. Bagaimanapun juga, saya mengakui sepenuhnya adanya kemungkinan, tentang terdapatnya makhluk angkasa luar, yang cerdas dan berakal.

Bintang Yang Membunuh Dinosaurus


Dinosaurus merupakan binatang raksasa prasejarah, yang paling kita ketahui, dan karenanya, kita seharusnya menyelidiki persoalan musnahnya binatang-binatang itu, dan juga menyelidiki apa hubungannya kemusnahan itu dengan lenyapnya manusia raksasa. Ada beberapa teori mengenai persoalan itu. Apakah kemusnahan itu disebabkan karena adanya perubahan iklim? Tidak demikianlah kiranya, sebab perubahan iklim tidak akan dapat memusnahkan sepenuhnya kelompok binatang yang demikian kuatnya.

Mungkinkah mereka itu dibinasakan oleh manusia, yang sudah lebih tinggi peradabannya? Itupun tidak mungkin, sebab untuk itu akan dibutuhkan persenjataan yang kuat, sedang jejak atau bekas persenjataan yang demikian itu tidak ada sama sekali.

Menurut sarjana-sarjana tertentu, sebuah bintang, sebuah “supernova”, diduga telah meledak (sebuah “supernova” adalah sebuah bintang, yang tadinya tidak kelihatan dan kemudian dengan tiba-tiba bersinar sangat terang, untuk kemudian menyusut). Ledakan itu diperkirakan menimbulkan membesarnya kekuatan radiasi dari ruang angkasa, yang selanjutnya mengakibatkan binasanya dinosaurus. 

Sebenarnya, jejak tentang pecahnya sebuah bintang 50.000 tahun yang lalu, telah diketemukan di ruang angkasa oleh seorang akhli perbintangan Inggris, Hanbury Brown. Hipotese itu telah dikuatkan oleh dua orang sarjana Rusia, V.I. Krasovku dan I.S. Chklouski, dan juga oleh seorang sarjana Jerman, Richter.

Penulis Perancis, Jacques Bergier, mengemukakan suatu unsur baru, yang dia uraikan dalam tahun 1957 melalui siaran televisi Perancis, yang dilakukan oleh Louis Pauwels. Dia menyatakan sebagai berikut: “Bintang, yang membunuh dinosaurus, adalah merupakan suatu kejadian buatan, yang dimaksudkan untuk mengacaukan proses evolusi yang menuju keperkembangan perbaikan otak dan daya pikir”.

Teori itu juga sudah masuk dalam gagasan para akhli terbesar jaman sekarang. Dalam hubungan itu, Chklouski menganggap, bahwa benda-benda ruang angkasa, yang hingga kini belum dapat dijelaskan, merupakan perwujudan dari kegiatan biologis dan dari adanya ilmu pengetahuan, yang lebih tinggi di planit lain.

Itu semua, sedikit banyak, ada hubungannya dengan kemungkinan adanya makhluk, yang mempunyai kecerdasan dan ilmu pengetahuan tinggi, yang mungkin mempengaruhi evolusi pada bangsa manusia dari jarak jauh.

Suatu Permusyawaratan Dalam Tahun 50.722 Sebelum Masehi Menurut Edgar Cayce, sarjana Amerika yang telah kita kenal, manusia sendirilah, yang tidak dapat lagi membiarkan adanya binatang-binatang yang mengerikan itu, dan yang kemudian membinasakannya semua dengan suatu sinar kematian.

Keputusan untuk membinasakan itu diperkirakan telah dibuat pada waktu diadakannya suatu permusyawaratan dunia dalam tahun 50.722 sebelum masehi. “Ketika hal itu sangat dibutuhkan, maka para penduduk dari berbagai bagian di bumi ini menjadi sadar akan adanya bahaya, dan mencari jalan untuk menghalau ancaman bahaya itu. 

Dibicarakan dan dipertimbangkanlah kemungkinan-kemungkinan untuk membatasi atau merubah daerah, yang dibutuhkan oleh binatang-binatang itu, dan juga kemungkinan-kemungkinan untuk menghancurkan kebutuhan hidup mereka di daerah khusus, yang mereka duduki pada waktu itu. 

Dan semuanya itu tadi dilakukan dengan cara, yang kira-kira sama seperti kalau berbagai induk paberik mengeluarkan apa yang dapat kita sebut sekarang sebagai suatu sinar kematian”.

Si Manusia Dengan Kepala Dari Besi

Kolonel James Churchward, yang terkenal karena penyelidikannya mengenai benua MU yang hilang, yang tenggelam di Laut Pasifik, menceriterakan dengan panjang lebar suatu corak lain dari ceritera kuno tentang Burung Petir sebagai berikut: Orang-orang indian ‘Hiden’, suku bangsa yang hidup di kepulauan Queen Charlotte, memiliki sebuah benda keramat, yang paling indah di dunia. Sebuah tiang, yang di atasnya terdapat semacam burung rajawali, yang disebut Burung Petir. 

Disusul kemudian oleh seekor ikan, yang disebut ‘Ikan Paus Pembunuh’, Antara kepala dan ekor ikan itu terlihat seorang manusia, yang disebut Manusia dengan Kepala Besi. Manusia itu sedang hendak melepaskan sebuah anak panah ke lambung ikan pausnya.

Seorang tua dari suku bangsa itu menjelaskan kapada saya, bahwa Burung Petir menggambarkan Sng Pencipta, yang mempunyai pandang mata seperti kilat, dan pukulan sayapnya terdengar seperti petir. Manusia dengan kepala besi itu merupakan orang kesayangan para Dewa, dan pada waktu terjadinya bencana banjir besar dia dijadikan seekor ikan salem dengan kepala besi.

Selama terjadinya banjir, manusia yang telah dijadikan ikan itu, hidup dalam air di sungai Minish. Dia mengumpulkan dahan untuk membuat suatu tempat berteduh bagi dirinya sendiri, akan tetapi dia banyak kekurangan “bahan bangunan”, sehingga dia tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya. Pada saat itulah Burung Petir muncul di depannya, membuka kedoknya dan berkata:’Saya adalah seorang manusia seperti anda, dan untuk menolong anda, saya akan tetap tinggal bersama anda, agar anda mampu menemukan suatu suku bangsa, dan saya akan melindungi anda’.

Dan kemudian, di tengah-tengah suara guntur yang memekakkan telinga, si manusia ikan yang berkepala besi itu melihat prajurit-prajurit bermunculan, yang semuanya bersenjata lengkap. Dan para prajurit itu adalah ayah-ayah bangsa kita. 

716 Buah Cakram Batu Yang Berumur 12.000 Tahun


Di ujung lain dari dunia, di perbatasan antara Tibet dan Cina, seorang Jerman akhli purbakala, telah menemukan 716 buah cakram dari batu di dalam gua-gua dari pegunungan Bayan-Kara Ula. Benda-benda itu penuh dengan gambaran lambanglambang dan tulisan-tulisan yang tak dapat dipecahkan artinya, kelihatannya telah berumur ribuan tahun; di tengah-tengahnya terdapat lubang yang menembus, seperti sebuah piringan hitam, dan terukir garis-garis berbentuk spiral dari tepi menuju ke tengah-tengahnya cakram.

Dapatkah itu dianggap sebagai suatu bukti penuh tentang benarnya ceritera-ceritera kuno mengenai Burung Petir, atau setidak-tidaknya, bahwa bumi kita ini pada jaman dahulu telah dikunjungi oleh kapal-kapal ruang angkasa?

Wartawan ilmiah dari surat kabar Berlin “Das Vegetarische Universum” (“=Jagad Tumbuh-tumbuhan”), mengenai penemuan itu, membuat ulasan sebagai berikut: “Celahcelah berbentuk spiral itu merupakan hal, yang paling aneh, mengenai tulisan Cina. Banyak akhli mencoba untuk memecahkan artinya. 

Hanya para akhli purbakala bangsa Cina sajalah, yang dapat mencapai suatu hasil, dan hasilnya adalah demikian mengejutkan, sehingga Akademi Prasejarah Peking mula-mula melarang pengumumannya. Setelah pengumuman diijinkan, si professor, yang telah memimpin penyelidikan, beserta empat orang pembantunya menggunakan judul ‘Tulisan-tulisannya menunjuk kembali pada kapal-kapal ruang angkasa, yang sebagaimana tertulis pada cakram-cakram itu, ada pada jaman 12.000 tahun yang lalu’.

Gua-gua di pegunungan Bayan Kara Ula dihuni oleh orang-orang dari suku bangsa Ham dan suku bangsa Dropa. Mereka merupakan orang, yang berukuran kecil dan menderita semacam penyakit tulang; hingga kini, semua usaha untuk menggolong-golongkan mereka berdasarkan etnologi, tidak ada yang berhasil.

Beberapa tulisan kuno mengenai suku bangsa Ham dan Dropa telah dapat dipecahkan artinya, dan apa yang dapat kami kumpulkan adalah sebagai berikut: “Bangsa Dropa berasal dari awan, dalam kapal. 

Orang-orang kami, laki-laki, perempuan dan anak-anak, bersembunyi dalam gua-gua besar. Kemudian mereka mengerti dari gerakan-gerakan tangan, yang dibuat oleh bangsa Dropa, bahwa bangsa Dropa itu mempunyai maksud bersahabat. Lain-lain cakram disebut juga dalam ceritera mengenai kecelakaan, yang dialami oleh sebuah kapal, pada saat hendak mendarat di daerah pegunungan; usaha untuk memperbaiki pesawat itu tidak berhasil... Dengan harapan untuk bisa mendapatkan keterangan lebih lanjut, maka benda-benda berbentuk cakram itu kemudian dikirim ke Moskow, dan diselidiki oleh para akhli di sana. 

Diketemukanlah, bahwa cakram-cakram itu mengandung kobalt dan bahan-bahan logam lainnya, dan bahwa benda-benda itu menggetar dengan frekuensi yang tidak lazim, seakan-akan mengandung suatu muatan listrik atau dimasukkan dalam suatu arus listrik. Cakram kecil-kecil itu, yang telah berumur lebih daripada 12.000 tahun, telah dan akan tetap merupakan suatu teka teki yang sungguh-sungguh bagi para sarjana di dunia ini”.

Kosmonaut-kosmonaut Telah Hidup dan Menghuni Bumi Kita Ini Pada Jaman Yang Telah Lalu

Semua petunjuk dan ceritera kuno, yang telah saya kemukakan itu, menguatkan gagasan tentang asal usul manusia, yaitu dari angkasa luar. Sebagaimana telah kita lihat, maka ceritera-ceritera itu berasal dari orang-orang yang tidak sama, dan terpencar di berbagaibagai benua.

Seorang Jerman akhli mitologi, Gerhard R. Steinhauser, menulis sebagai berikut: “Kalau kita menjumpai sejumlah bukti, yang menunjukkan, bahwa kosmonaut-kosmonaut asing pada jaman purba telah menghuni bumi kita, telah memberi petunjuk-petunjuk kepada manusia, telah mendidik dan memimpin manusia, dan malahan mungkin telah kawin dengan manusia dan kadang-kadang telah membinasakan manusia, seperti misalnya di Atlantis. 

Kalau andaikata kita hanya dapat memeras beberapa gram radium dari bertonton batu, dan andaikata kita harus mengikis beberapa meter rumah-rumah siput untuk menyingkap badan kapal tua, maka kita akan menggunakan usaha dengan semangat yang sama, untuk membebaskan dan menyaring ilmu pengetahuan kuno yang asli. 

Kita dapat mengakui kebenaran fakta-fakta itu, dan melanjutkan mempelajarinya, atau kita dapat menolaknya; akan tetapi tanggapan, yang bersifat menolak itu, tambah lama bertambah lebih sulit, karena kekurangan alasan. Dan seterusnya, kita menjumpai tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk, yang tidak mencukupi sebagai bukti yang menentukan; petunjuk-petunjuk itu mula-mula tampak seperti hasil dari daya khayal yang berlebih-lebihan, dan baru menjadi terang gamblang setelah direnungkan secara lama dan tengan”.

Setelah Menyelesaikan Duabelas Macam Tugasnya, Hercules Kembali Ke Langit, Ke Langit Dari Mana Dia tadinya Berasal.

Mereka, yang seperti Steinhauser berpendapat, bahwa planit kita ini pernah dikunjungi oleh makhluk dari angkasa luar, juga menghadapi persoalan mengenai luasnya ruang angkasa dan lamanya waktu untuk mengarunginya.

Memang demikianlah, orang-orang ruang angkasa, yang telah mengunjungi kita itu, tentunya telah menempuh jarak yang terkirakan panjangnya dalam perjalanan mereka, yang telah memakan waktu amat sangat banyaknya, Bagaimanakah orang-orang itu, atau dewa-dewa dari angkasa luar itu, telah dapat mengatasi persoalan luasnya ruang angkasa dan panjangnya waktu?

Steinhoser mengajak kita untuk mengikuti jalannya mitologi, yang mungkin akan dapat membantu kita untuk memahami persoalan itu. Misalnya, kita mempunyai ceritera kuno dari suku bangsa Indian Cashinava, di daerah Amazon, yang menguraikan, bahwa pada suatu hari seorang Dewa telah membawa beberapa orang manusia naik ke langit. 

Dewa itu memperingatkan orang-orang yang dibawanya, bahwa, di suatu tempat dalam perjalanan mereka nanti, mereka harus benar-benar memperhatikan dia, kalau dia meneriakkan kata-kata: “Gantilah kulitmu, gantilah kulitmu!”.

Akan tetapi, celakanya, orang-orang itu tidak memberikan reaksi cukup cepat, dan itulah sebabnya, mengapa kita sekarang tidak dapat lagi berganti kulit seperti yang dilakukan oleh ular.

Ceritera-ceritera kuno tertentu dari Yunani, khususnya ceritera mengenai Heracles (=Hercules), menunjuk ke arah yang sama seperti ceritera kuno bangsa Indian tadi. Setelah menyelesaikan “duabelas tugasnya” yang terkenal, Hercules kembali ke langit. Zeuslah, ayahnyalah, yang mencarinya dan membawanya pulang kembali. 

Peristiwa itu diduga terjadi di gunung Etna, di mana Hercules muncul dari kobaran api, dan kemudian dibawa pergi dalam kereta perang Zeus menuju ke langit dan memasuki ruang angkasa. Tidak terhitung banyaknya corak ceritera tentang kepergiannya itu, akan tetapi ada satu fakta yang sangat menarik, yaitu, bahwa Hercules tidak lagi berwujud seorang manusia, melainkan tampak sebagai “seekor ular, yang telah berganti kulitnya”.

Organisme Dan Kapal ruang angkasa


Persoalan pergantian kulit itulah, yang ditekankan oleh seorang akhli Jerman lainnya di bidang mitologi, Prosfessor Karl F. Kohlenberg, dalam karyanya yang menarik, “Prasejarah Menerangkan”. 

Dia menyatakan, bahwa “perubahan” atau “pergantian” kulit merupakan suatu soal yang penting. Itu semua pasti merupakan suatu perwujudan lahiriah dari suatu “perjalanan” atau “loncatan” menerobos dan memasuki suatu dimensi yang lebih tinggi, atau merupakan suatu jalan hilangnya wujud, untuk kemudian disusul oleh suatu perwujudan baru.

Professor Kohlenberg selanjutnya berkata sebagai berikut: “Kita dapat membayangkan

cara-cara yang digunakan, agar supaya hidup dapat berlangsung terus sampai waktu yang

sangat lama, sesuai dengan kebutuhan para Dewa dalam melakukan perjalanan ruang

angkasa. Misalnya: Tubuh dapat dibuat berada dalam keadaan tidur amat lama, dengan

cara membekukannya; tubuh dapat dikeringkan seperti kuman-kuman dengan jalan

mengeluarkan semua cairan yang ada didalamnya, dan nantinya menghidupkan kembali

tubuh itu dengan jalan rehidrasi (rehydration). Akhirnya, otaknya dapat dipisahkan dari

keseluruhan tubuh itu, untuk kemudian dihubungkan dalam suatu perputaran buatan pada

suatu alat mekanis. Persoalan terakhir ini mungkin sudah dapat dicapai oleh ilmu

pengobatan, yang kini telah mampu memindahkan urat syaraf dengan hasil baik. Mungkin

para ‘Dewa’ pernah mengerti ilmu pengetahuan dan teknik, yang kini digunakan dalam

ilmu bedah kita. Organisme semacam ‘alat mekanis dengan otak manusia’ itu akan dapat

mengawasi dan mengemudikan sebuah kapal ruang angkasa”.



RAHASIA ILMU PENGETAHUAN TENTANG JAMAN PURBAKALA


Siapakah yang menjadi sumber ilmu pengetahuan pengobatan, astronomi dan teknik,

yang jejak-jejaknya demikian banyak kita ketemukan, ketika kita menyelidiki dan

mempelajari hasil kerja jaman prasejarah? Siapakah yang telah membangun pabrik di

Medzamor, di Armenia, kira-kira 5000 tahun yang lalu? Siapakah yang telah

merencanakan peta-peta Piri Reis, yang menunjukkan adanya suatu pengetahuan geografi

dunia yang luasnya sama dengan pengetahuan kita sekarang?

Para sarjana, secara resmi, tidak begitu memperhatikan persoalan-persoalan itu, yang

penyelidikannya masih banyak menghadapi rintangan. Para penyelidik bebas masingmasing

mengembangkan suatu teori, yang bersifat sangat pribadi, berdasarkan

penyelidikan-penyelidikan dengan tekun dan sabar.

Suatu Alfabet, Yang Berumur 15.000 Tahun?

Bukti di bidang argeologi, bahwa orang-orang purbakala telah menggunakan suatu alfabet

di jaman Neolitik (= Jaman Batu yang ke dua), diduga telah diketemukan di Perancis

pada permulaan abad ini. Pada tanggal 1 Maret 1924 Claude Fradin dan cucunya lakilaki,

Emile, sedang berjalan-jalan di luar kota di sekitar desa kecil Glozel, di dekat

Ferriere sur Sichon, di Allier. Tiba-tiba mereka melihat benda-benda aneh; mereka sangat

heran menemukan batu-batu bata, tanda-tanda peringatan terukir, dua bua alat pemotong,

dua buah kapak kecil dan dua buah kerikil datar yang masing-masing ada tulisannya.

Dan itu merupakan permulaannya. Dr. Morlet, yang bertempat tinggal di daerah itu, di

beritahu tentang penemuan yang misterius itu. Dia merupakan orang, yang selalu merasa

sangat tertarik pada keanehan, pada hal-hal yang belum, hal-hal yang luar biasa, dan dia

lanjutkan penggaliannya. Demikianlah dia kemudian dapat menggali lebih dari seratus

buah tanda peringatan, alat kerja dari batu kecil, barang-barang pecah belah dengan corak

yang belum pernah dijumpai dimana-pun, dan akhirnya kerikil-kerikil datar yang terukir.

Akhli-akhli yang sudah terkenal, seperti Camille Julian dan Salomon Reinach,

menyatakan, bahwa benda-benda yang telah diketemukan itu berasal dari jaman 15.000

tahun yang lalu. Pada benda-benda tertentu, beberapa orang sarjana melihat adanya

susunan-menurut-garis huruf-huruf yang menyerupai alfabet, seperti V W L H T I K O C

J X. Akan tetapi, tidak lama kemudian, penemuan di Glozel itu mendapat tantangan keras

dari para akhli dari Lembaga Internasional mengenai Antropologi, dan dari “Identite

judiciaire” Perancis. Mereka menyatakan bahwa semuanya itu merupakan penipuan, dan

menentukan, bahwa benda-benda galian itu tidak merupakan “benda antik”.

Terlepas dari tulisan, yang meragukan dan ditentang itu, orang-orang purbakala

nampaknya mempunyai suatu berbendaharaan-kata dan bacaan, yang jauh dari luas

daripada kepunyaan kita sekarang. Orang-orang Indian Amerika mempunyai nama yang

berlainan untuk tanaman yang sama, atau pohon yang sama, menurut musimnya,

sedangkan kita sekarang menyatakan perobahan sebatang pohon yang sama dimusim

rontok dan musim semi, cukup dengan menggunakan daka sifat didepan nama pohon itu.

Bacaan yang tidak tertulis

Penemuan berguna dari alfabet, dan yang menyusulnya, yaitu bacaan, merupakan langkah

pasti menuju keperadaban. Orang-orang Sumeria dan Mesir, yang jelas telah

mengembaangkan tata cara mereka menulis pada jaman 4000 tahun sebelum Masehi,

maju dengan pesatnya setelah pengembangan itu.

Anggapan demikian itu, rupa-rupanya tidak berlaku sama sekali bagi peradapan Bangsa

Inca. Dalam kenyataanya, orang-orang Inca, yang benar-benar melaksanakan separuh

jumlah macam tumbuh-tumbuhan yang kita kenal dan yang telah membangung jalanjalan

besar yang terpanjang di dunia, tidak mempunyai tata cara menulis.

Mengapakah bisa ada keadaan, bahwa kebodohan, yang tidak masuk akal itu, terdapat

pada Bangsa yang berkembang demikian pesat?, keadaan itu kelihatannya disebabkan,

karena mereka, berdasarkan ketakhyulan mereka, mempunyai rasa takut terhadap tulisan.

Sebuah cerita kuno bangsa Inca mengatakan, bahwa, setelah terjadinya bencana wabah

yang membinasakan, sebuah Sabda Dewa melarang digunakannya tulisan, diserta

ancaman hukuman siksa yang mengerikan.

Untuk mengatasi persoalan tidak adanya alfabet, maka orang-orang Inca kemudian

menggunakan tali “Quipu” dengan banyak mata ikatan yang berwarna-warni, dan dengan

jarak yang berbeda-beda antara mata ikatan yang satu dengan yang lainnya. Karen adanya

cara dan alat yang aneh itu, maka mereka mempunya bacaan....... tanpa mempunya

tulisan.

Makhluk logam, yang mengerikan, Menyerang para Argonaut

Dibidang teknik masih banyak hal-hal yang mengejutkan dijumpai oleh para akhli

sejarah. Beberapa buah bukti membuat kita beranggapan, bahwa manusia moderen jaman

sekaran ini hanyalah “menemukan kembali” apa yang telah diketahui oleh manusia jaman

dahulu.

Banyak cerita kuno, yang menunjuk kearah itu. Plato, misalkan, mengatakan, bahwa

daedalus, ayahikarus, rupa-rupanya membuat mesin-mesin serupa manusia yang dapat

bergerak sendiri. Yang mungkin dapat kita sebut “Robot”. Dan akhli falsafat yunani itu

melanjutkan berkata, bahwa mesin-mesin itu demikian cepat bergeraknya, dan tak dapat

berdiam diri, sehingga harus diadakan penjagaan agar mereka tidak berlari pergi.

Sayangnya adalah, bahwa Plato tidak menjelaskan secara terperinci tentang alat-alat, yang

menyebabkan mesin-mesin itu dapat bergerak sendiri. Apakah daya gerak itu berasal dari

mekanisme yang telah disempurnakan ataukah karena digunakannya baterai?

Menurut cerita kuno Yunani tentang penaklukan “Golde Fleece” (“kulit domba emas”),

maka para argonaut yang datang di Kreta, diperingatkan oleh Medea, si ahli nujum,

bahwa sebuah makhluk logam, yang mengerikan, akan menyerang mereka. Apakah yang

dimaksudkan oleh medea itu “robot”, seperti dinyatakan oleh seorang penyelidik bebas

Inggris Arthur Waight?

Komputer pada jaman purba


Dalam tahun 1900, para penyelam bunga karang dekat Antikitera, menemukan bekasbekas

sebuah perkakas dari logam, yang sudah berkarat, didasar laut. Para sarjana mulamula

mengira, bahwa apa yang telah diketemukan itu merupakan sisa-sisa pesawat ruang

angkasa dari tahun 65 sebelum Masehi. Dalam tahun 1959, seorang sarjana Inggris, Solla

Price, menimbulkan suatu kejutan dunia, ketika dia dalam bulan Maret 1962 membuat

pengumuman sebagai berikut: “Kelihatannya, bahwa benda itu benar-benar merupakan se

buah Komputer, yang dapat menentukan dan menguraikan gerak matahari, bulan, dan

mungkin juga gerak planit-planit”.

Sarjana akhli itu merasa dirinya sangat rendah, dan hanya dapat menyatakan kekaguman

dan hormatnya kepada nenek moyang kita, yang telah memiliki ilmu pengetahuan

demikian tinggi, walaupun rasa hormat itu disertai dengan sedikit rasa takut.

Dalam bulan Juni 1959 dia menulis dalam “Scientific American” sebagai berikut:

“Adalah sangat menakutkan untuk mengetahui, bahwa dekat sebelum peradaban mereka

yang tinggi itu runtuh, Bangsa Yunani kuno telah dapat mencapai apa yang baru sekarang

kita capai, bukannya hanya dalam cara berfikir, melainkan juga dalam ilmu

pengetahuan Teknologi”.

Apa yang nyata terjadi di Yunani kuno itu, terjadi juga di Amerika Kuno. Seorang penulis

yang bernama Gareilaso de La Vega, seorang anak laki-laki dari seorang laki-laki Spanyol

dan wanita puteri bangsa Inca, menguraikan pada permulaan abad ke 17, bahwa bangsa

Inca di lembah Rimac mempunyai sebuah patung “yang berbicara dengan menjawab

pertanyaan-pertannyaan seperti sabda Dewa Apollo di Delphi”.

Sayangnya, Garcilaso adalah tidak cermat, dan dia sama sekali tidak bercerita tentang

caranya patung itu bekerja, walaupun kesemuanya itu mengigatkan kita kepada

kompyuter-modern kita.
 

Mesin Penyelidik Waktu Memang Pernah Ada.


Pada waktu ini, para sarjana beranggapan, bahwa s ebuah mesin untuk menyelidiki

waktu, adalah merupakan suatu gagasan yang gila-gilaan. Walaupun demikian, beberapa

orang menyatakan, bahwa orang-orang purbakala telah mempunyai alat semacam itu.

Kita menjumpai jejak adanya alat-alat itu dalam bermacam-macamcerita kuno. Menurut

tulisan Franciscus Picus dalam bukunya yang berjudul “ The Book Of Six Sciences” (=

Buku tentang enam Macam Ilmu Pengetahuan), maka cermin Al-Muchevi dapat

memantulkan suatu pemandangan atau gambaran tentang waktu.

Bagaimana mungkin bagi para Dewa Mesir dan yunani untuk meramalkan keadaan waktu

yang akan datang, atau untuk membayangkan kembali hal-hal yang telah lampau?

Clement V Durel, seorang sarjana Inggris, memberi cara pemecahan yang segar mengenai

persoalan itu. Dia berkata sebgai berikut: “Semua fakta, dari waktu yang telah lampau,

dari waktu sekarang, dan dari waktu yang akan datang, berada dalam ruang waktu empat

dimensi, yang merupakan suatu semesta alam tanpa waktu lalu ataupun waktu sekarang,

dan statis seperti suatu kumpulan film, yang dapat dipasang di gulungan proyektor

film”.

Selama pemerintahan Alexander Yang Agung, sabda Dewa Ammon-Ra dilengkapi

dengan sebuah mesin otomatis untuk menyelidiki waktu. Pada suatu hari Alexander

meminta nasehat dalam hubungan hari depannya sendiri. Nasehat-jawaban berbunyi

sebagai berikut: “Akan diberikan kepada anda untuk menguasai semua negeri”. Ramalan

itu kemudian ternyata benar, sebab penakluknya datang untuk menguasai hampir seluruh

dunia yang diketahui.
 

Jaman Industri Dari Orang-orang Jaman Dahulu


Adalah pernah suatu jaman industri prasejarah, sebagaimana dinyatakan oleh para sarjana

tertentu, yang tidak Ortodox? Dalam mitologi Yunani yang mula pertama, kita jumpai

Vulkan, Dewa Api pandai besi, yang tempat kerjanya terletak digunung Etna di Sisilia.

Selanjutnya, orang-orang pra-sejarah itu mengenal empat peredaran waktu, yaitu jaman

emas, jaman perak, jaman tembaga dan jaman Besi.

Besi dan tembaga merupakan dua macam logam, yang amat sulit untuk dibuat dan untuk

dikerjakan. Tembaga, suatu campuran yang sangat keras, untuk sebagian terdiri dari

timah. Dimanakah dan kapankah timah itu diketemukan? Ilmu pengetahuan jaman

sekarang tidak memberikemungkinan untuk menjawab pertanyaan itu.

Pada waktu itu tempat persediaan timah terdapat di Gaul, di Etruria, di Cornwall, di

Bohemia dan di Spanyol, sedangkan kuningan terdapat di Sinai, portugal, Kreta, Spanyol

dan Siprus. Bagaimanakah orang-orang jaman pra-sejarah itu dapat mengumpulkan hasil

tambang yang dibutuhkan untuk membuat tembaga, dari daerah terpencar itu?

Masih ada lagi pertanyaan lain: Bagaimanakah nenek moyang kita itu dapat mengatur

pemanasan tungku-tungku sampai temperatur 1000 derajat yang dibutuhkan untuk

campuran logam tembaga itu?
 

Teka-teki yang menjemukan


Para akhli penyelidikan Amerika menganalisa sebuahbenda dari jaman pra-sejarah, dan

menemukan bahwa para penduduk Amerika Utara gunakan tungku-tungku, yang mampu

mencapai temperatur setinggi 9000 derajat celsius.

Lain-lain misteri mengganggu para sarjana kita. Sebuah ikat pinggang terbuat dari logam,

didalam makam Jenderal Cina Chow Chu, yang hidup dalam abad ke 3, terbuat dari 5%

logam Mangan, 10% logam kuningan dan 85% logam aluminium baru diketemukan

dalam tahun 1875 oleh Oersted, dan lagi hanya dalam bentuk bubuk, sehingga

penggunaannya harus dilakukan melalui proses khemis. Apakah dengan demikian, kita

hanyalah menemukan kembali sesuatu yang telah diketahui oleh orang Cina 1700 tahun

yang lalu?

Dan ini ada lagi teka teki yang membingungkan ilmu pengetahuan, tihang Kutb Minar di

Delhi, yang tingginya tujuh setengah meter dan beratnya 6 ton. Tihang itu berasal abad ke

5 dan, walaupun demikian sama sekali tidak menunjukkan adanya tanda-tanda berkarat,

sekalipun telah 15 abad mengalami bermacam-macam cuaca tanpa perlindungan.

Manusia Angkasa Luar Mempelajari Planit

Kita Dengan Menggunakan “Tape-recorder”

Satu diantara problema-problema besar, yang kita hadapi pada waktu ini, adalah kubus

Dr. Gurit, yang diketemukan dalam sebuah tambang batu-bara dalam abad ke 19. Benda

itu kelihatannya telah berumur beberapa juta tahun, dan pembuatannya dilakukan dengan

mesin. Oleh siapa? Kapan? Demikian banyak pertanyaan tanpa jawaban!

Untuk tujuan apakah diadakannya benda-benda itu? Jacques Bergier dalam bukunya,

yang berjudul “Les Extra-Terretres dans l’Histoire”, menulis sebagai berikut: “Menurut

pendapat saya, itu semua merupakan alat pengumpul bahan semacam pita rekaman, akan

tetapi jauh lebih sempurna”. Siapakah yang telah membuat alat-alat perekam demikian?

Dan dengan tujuan apakah alat-alat itu dibuat?

Menurut tulisan Jacques Bergier, maka “benda” itu tidak diciptakan oleh otak manusia;

penciptanya harus mempunyai kecerdasan otak, yang jauh lebih tinggi; mungkin sekali

penciptanya datang dari galaksi lain. Orang-orang angkasa luar, yang ingin mengetahui

kehidupan dan penghidupan apa yang ada di bumi ini, mungkin telah menempatkan alatalat

perekam di tempat-tempat tertentu di seluruh dunia, dengan tujuan untuk dapat

memperoleh sebanyak mungkin bahan tentang apa yang terjadi di planit kita ini.

Benda, yang diketemukan oleh Dr. Gurit itu, disimpan di dalam Museum Salzburg, dan

kemudian hilang secara aneh! Siapakah yang telah mengambilnya? Jacques Bergier,

dalam bukunya termaksud di atas, mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

“Mungkin sekali benda itu telah dimiliki kembali oleh mereka, yang tadinya telah

menempatkannya di bumi kita ini”.
 

Suatu Pusat-perindustrian Lima-ribu Tahun Yang Lalu


Marilah kita kembali pada soal-soal yang lebih nyata. Pembuatan benda-benda dari

logam, memberikan dugaan kepada kita, tentang pasti adanya pabrik-pabrik yang layak.

Walaupun pikiran modern tidak menyetujui dugaan demikian, namun kita terpaksa

menerima sebagai suatu bukti, adanya kenyataan, bahwa di Medzamor, Armenia, Dr.

Korioun Meguertchian telah menggali keluar sebuah pabrik pengolahan logam, yang

diperkirakan berumur 5.000 tahun.

Terpencar di sekitar tempat itu terdapat banyak pisau, paku, anak panah, gelang dan

cincin dari logam. Lain-lain penyelidik, setelah Dr. Meguertchian, menemukan sebuah

bengkel penuangan besi, di mana orang-orang pra-sejarah itu mengerjakan timah-hitam,

seng, manggan, baja, dan lain-lain logam lagi.......

Para sarjana, yang tadinya meragukan adanya tungku-tungku pembakaran atau pencairan

logam, kini menjumpai bahan bukti yang nyata; dua-puluh lima buah bangunan tungku

telah diketemukan. Menurut perhitungan, seharusnya paling sedikit terdapat dua-ratus

buah.

Penemuan-penemuan itu merobah sama sekali pengertian para sarjana mengenai prasejarah.

Seorang ahli arkheologi Amerika, Richard Helffson, bertanya-tanya: “Masih

dapatkah dibenarkan, kalau kita menyebut suatu jaman sebagai Jaman Tembaga, kalau

Jaman itu telah mempunyai suatu pusat perindustrian, yang sudah sama rumitnya dengan

perindustrian kita sekarang?

Sebuah Tempayan Antik Terbuat Dari Tanah? Bukan, Akan Tetapi Sebuah Lampu listrik!


Hasil produksi industri mensyaratkan adanya sumber-sumber tenaga teknis yang tinggi.

Itu merupakan suatu kebenaran yang nyata, dan diketemukannya benda-benda tertentu

belum lama berselang, menuju ke arah pembuktian, bahwa orang-orang pra-sejarah

setidak-tidaknya telah mengenal listrik.

Tepat sebelum pecahnya Perang Dunia II, seorang ahli arkheologi Jerman bernama

Wilhelm Konig, yang bekerja di Bagdad, menggali beberapa buah tempayan terbuat dari

tanah dengan bagian “lehernya” dilapisi aspal, yang memagari batang-batang logam, yang

tertanam dalam silinder-silinder kuningan. Konig mengejutkan dunia ilmu pengetahuan,

ketika dia menyatakan, bahwa “tempayan-tempayan” itu merupakan baterei listrik yang

sudah berumur 2.000 tahun.

Sebentar setelah berakhirnya Perang Dunia, seorang insinyur bernama Willard Grey,

bersama dengan “General Electric Company”, mengadakan suatu percobaan untuk

menguji kebenaran pernyataan Konig. Setelah dibuatkan tiruan dari baterei yang

ditemukan, maka dia kemudian mengisinya dengan sulfat-tembaga untuk menggantikan

larutan-baterei aslinya, yang telah menguap. Segala sesuatunya berjalan dan bekerja

dengan sempurna. Dengan demikian, maka pernyataan Konig kelihatannya dapat

dibuktikan.

Ditambah lagi, dua buah penemuan yang semacam telah menunjukkan, bahwa orangorang

jaman pra-sejarah juga sudah mengenal pekerjaan “melapisi” dan “menyepuh

dengan elektrolisis”, yang baru mulai diketahui dalam abad 19. Tempayan-tempayan

berlapis logam, yang telah diketemukan juga di dekat Bagdad, menunjukkan, bahwa

“lampu-lampu” itu digunakan untuk “menyepuh dengan elektrolisis”.

Akhirnya, bekas-bekas dari pekerjaan melapisi diketemukan juga pada benda-benda

pecah belah yang sudah berumur 4.000 tahun, yang diketemukan dalam gubug seorang

akhli sihir Nigeria.

Kekutan/Tenaga, YangDikenal Dengan Nama kembar Mithra-Varuna


Sebuah dokumen Hindu kuno, “Agastya Samhita”, yang diambil dari perpustakaan

Pangeran Ujjain, menguraikan pembuatan baterei sebagai berikut: “Tempatkanlah sebuah

pelat tembaga yang sangat bersih dalam sebuah lodong dari tanah liat. Isilah kemudian

lodongnya dengan sulfat tembaga, dan selanjutnya dengan serbuk gergaji basah. Setelah

itu, tarohlah sehelai lembaran seng dicampur dengan air rasa di atas serbuknya untuk

menghindari proses mengutub. Sentuhannya akan menimbulkan suatu tenaga, yang

dikenal di bawah nama kembar Mithra-Varuna. Air, yang diseberangi oleh aliran itu, akan

pecah menjadi “Pranavayu dan Udanavayu”. Kalau seratus buah lodong demikian

dirangkai, maka rangkaian itu diduga dapat memberikan suatu sumber tenaga, yang

sangat aktif dan berguna”.

Arti yang tepat bagi “Mithra-Varuna” adalah “kathode-anode”, dan bagi “Pranavayu” dan

“Udanavayu” masing-masing adalah “oxigen” dan “hidrogen”.

Sebuah Lampu Abadi Memelihara Keadaan Waspada Atas Mayat Seorang Gadis Romawi


Seorang sarjana Australia, Robbert Briggen, tetap berpendapat, bahwa orang-orang jaman

pra-sejarah mempunyai pengetahuan, yang lebih maju daripada ilmu pengetahuan

modern, karena mereka memiliki lampu-lampu abadi.

Dalam bulan April tahun 1485, mayat seorang gadis bangsawan dari jaman Romawi kuno

dikeluarkan dari tempat pekuburannya di “Appian Way”. Ketika para penyelidik

memasuki tempat pemakamannya, mereka terkejut menemukan sebuah lampu, yang

menyala sejak 1.500 tahun yang lalu.

Dengan cara bagaimanakah para nenek moyang kita itu telah membuat lampu-lampu

semacam itu? Misteri itu masih tetap merupakan misteri, akan tetapi sejumlah sarjana

masih tetap berusaha untuk memecahkan persoalan itu. Beberapa orang diantara mereka,

seperti Briggen, mengemukakan pendapat, bahwa tenaga yang digunakan untuk

bekerjanya lampu itu, mungkin sekali telah hilang dari muka bumi, akan tetapi tentu saja

tidak ada bukti untuk menguatkan teori-teorinya itu.

Suatu Jaman-atom Di Dalam Jaman-prasejarah.


Dari “listrik” ke “atom” hanya terdapat jarak sepanjang satu langkah, yang rupanya telah

dilalui oleh orang-orang jaman pra-sejarah itu tanpa mengalami kesulitan.

Dokumen yang paling tua, yang kita miliki, mengenai pengetahuan nenek moyang kita

tentang atom, yaitu “Emerald Table of Hermes” (“Meja Zamrud dari Hermes”), yang

menurut perhitungan seorang sarjana dari abad 18, Sigismond Bacstrom, telah berumur

kira-kira 4.500 tahun.

Kita tidak mengetahui, siapakah orangnya yang telah menghasilkan karya itu, yang

dimulai dengan kata-kata sebagai berikut: “Seperti keadaan di atas, demikian juga

keadaannya di bawah, dan apa yang ada di bawah adalah seperti apa yang ada di atas,

untuk kemudian menunjukkan suatu keajaiban dari adanya satu karya yang sama”.

Apakah arti kalimat, yang kelihatannya seperti ramalan itu? Kata-kata “seperti keadaan di

atas “, yaitu cakrawala dengan bintang-bintang dan galaksi-galaksinya, dinyatakan

semacam dengan apa yang ada di bawah, yang dimaksud sama dengan atom dengan

elektron-elektronnya, yang berputaran mengelilingi proton-proton. Penulis tanpa nama

dari “Emerald Table”itu, dengan demikian telah menekankan soal satunya alam-semesta

dan soal persatuan atom.

Dalam “Emerald Table” itu dia lebih lanjut menguraikan sebagai berikut: “Adanya semua

benda disebabkan oleh Yang Satu, karena itu maka segala sesuatu berasal dari Benda

Yang Satu itu. Pisahkanlah secara hati-hati dan cermat bumi dari apinya, yang halus dari

yang kasarnya. Benda itu naik dari bumi menuju ke langit, dan turun lagi ke bumi dan

karena itu, maka yang atas dan yang bawah bertambah besar kekuatannya. Itu adalah

merupakan kekuasaan, yang mempengaruhi semua kekuatan, yang akan menguasai segala

apa yang baik, dan akan menyebarkan segala apa yang kasar, sebab demikianlah

diciptakannya dunia”.

Dua gagasan pokokyang diketahui dengan baik oleh dunia modern_mengisi keseluruhan

tulisan itu, yaitu bahaya yang terkandung dalam pecahnya atom, yang terus menuju ke

bom “nuclear”, dan analisa mengenai sifat bergetar dari segala sesuatu.

Dari Lukretius .... Sampai ke Einstein.

Dipelajarinya atom secara cermat dan sungguh-sungguh, mengenai bahaya dan

kekuatannya, yang dibuktikan oleh apa yang termuat pada “Emerald Table”, jelas

merupakan bukti adanya penyelidikan selama ratusan tahun oleh nenek moyang kita.

Pengetahuan itu diteruskan sampai ke jaman Yunani dan Latin kuno. Kira-kira 2.500

tahun yang lalu, Demokritus menyatakan pendapatnya, bahwa “sebenarnya, yang ada

hanyalah atom dan ruangan”.

Teori itu dihidupkan lagi oleh Leucipus dalam abad ke 5 sebelum Masehi, dan kemudian

lagi oleh Epicurus dalam abad ke 3 sebelum Masehi.

Penyair Latin terkenal, Lukretius, mengembangkan teori mengenai atom itu dalam buku

karyanya, yang berjudul “De Natura Rerum” (= Mengenai Sifat dari Benda-benda).

Dalam Buku I dari karyanya, yang termasyhur itu, lebih dari 2.000 tahun sebelum

Einstein, dia menyatakan sebagai berikut:

“Tidak ada sesuatu, yang pernah diciptakan dari ketiadaan, dan hanya merupakan hasil

dari kekuatan gaib. Sebab, kalau kini manusia tetap diperbudak oleh rasa takut dan

khawatir, maka hal itu disebabkan karena dia melihat banyak keajaiban di bumi dan di

langit, yang sama sekali tidak dapat dimengertinya, dan dianggapnya sebagai kejadian

yang ditimbulkan oleh kekuatan gaib...

Oleh karena adanya suatu puncak atau batas terakhir, yang dicapai oleh kesatuan pokok

itu, dan yang sudah tidak lagi dapat ditangkap oleh pengelihatan kita, maka kesatuan itu

jelas tidak mempunyai pecahan-pecahan atau bagian-bagiannya, dan dia telah mencapai

bentuk kekecilan yang terakhir, suatu bentuk yang paling kecil. Dia tidak pernah ada, dan

tidak mungkin bisa ada secara sendirian ataupun sebagai pecahan, karena dia sendiri

merupakan suatu bagian integral/pelengkap dari suatu unsur lain, yang tidak mungkin ada

tanpa adanya dia; pada unsur itulah kemudian menggabung bagian-bagian integral lainnya

untuk membentuk “benda”. Dan oleh karena bagian-bagian integral itu tidak dapat ada

secara sendirian, maka bagian-bagian itu harus berkumpul menjadi satu untuk

membentuk suatu kesatuan, yang tidak dapat dibagi-bagi.

Karenanya, maka kesatuan-kesatuan dasar itu masing-masing merupakan suatu kesatuan

sederhana, yang tidak dapat ditembus, dan yang erat hubungannya satu sama lain; mereka

membentuk suatu keseluruhan, yang terdiri dari bagian-bagian sejenis, dan tidak dapat

dihancurkan. Kesatuan-kesatuan itu bukanlah merupakan suatu susunan heterogen, yang

terdiri dari bermacam-macam bagian, akan tetapi justru sebaliknya, mereka masingmasing

merupakan suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian-bagian integral, yang tak dapat

dipecah-pisahkan ataupun di perkecil, dan merupakan unsur pokok dari benda. Dan lagi,

kalau andaikata tidak ada batas mengenai kecilnya sesuatu, maka benda yang lebih

kecilpun akan tersusun dari bagian-bagian, yang tidak terbatas jumlahnya, oleh karena,

tiap-tiap kali, setiap bagian dari sesuatu yang kita bagi, selalu dapat dibagi lagi! Dan

karenanya, perbedaan apakah yang ada antara suatu susunan benda dan benda atau unsur

yang terkecil? Perbedaan itu tidak mungkin ditentukan, sebab, bagaimanapun juga tidak

terbatasnya luas alam semesta, namun benda yang terkecilpun juga tersusun dari bagianbagian,

yang banyak jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena adanya alasan yang masuk

akal, yang tidak membenarkan atau tidak memungkinkan kita berpendapat demikian,

maka kita harus menyerah dan mengakui, bahwa ada bagian terkecil yang sudah tidak

mungkin dibagi lagi, yaitu, yang telah mencapai batas kekecilannya. Dan karena badan

terkecil itu ada, maka kita harus mengakui pula, bahwa unsur, yang terbentuk dari badanbadan

terkecil itu, juga nyata padat dan abadi.

Akhirnya, andaikata sifat kreatif dari semua benda itu mengandung pengertian secara

umum, bahwa setiap benda dapat dipecah atau dibagi dalam bagian-bagian kecil yang

tidak terbatas jumlahnya, maka bagian-bagian itu juga tidak dapat lagi menyusun kembali

sesuatu, karena bagian-bagian kecil yang tak terbatas jumlahnya itu, yang masing-masing

sudah tidak mempunyai bagian-bagian lagi, tidak mungkin lagi mempunyai sifat-sifat

yang disyaratkan untuk dapat menyusun lagi, yaitu: bermacam-macam hubungan,

kepadatan, guncangan, perjumpaan, yang kesemuanya merupakan gerakan-gerakan untuk

dapatnya terbentuk setiap benda”.

Dunia Luas Di Dalam Kehampaan Setiap Atom.


Kita ketemukan lagi jejak-jejak ilmu pengetahuan kuno di bidang atom di India.

Karangan-karangan Brahmana, yang berjudul “Vaisesika” dan “Nyaya”, dan buku-suci

“Yoga Vasischta”, semuanya membicarakan soal susunan unsur.

“Ada dunia luas di dalam kehampaan setiap atom, yang berbeda-beda seperti debu di

dalam sinar cahaya matahari”.

Dengan pena seorang penyair, penulis tanpa nama dari “Yoga Vasishta” menguraikan

susunan atom secara mentakjubkan. Akan tetapi perumusan cendikiawan Hindu itu,

Ulika, tidak sejalan. Menurut pendapatnya, 2.500 tahun yang lalu, maka segala sesuatu

disusun dari unsur-unsur benih. Oleh karena lebih bijaksana daripada kita, dan karena

sadar akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tenaga atom, maka orang-orang jaman

kuno itu tidak mengungkapkan rahasia-rahasia ilmu pengetahuan atom kepada umum

untuk menjaga agar jangan sampai atom itu digunakan untuk maksud-maksud

pembinasaan.

Lebih dari seribu tahun yang lalu, seorang Cina menulis: “Adalah merupakan suatu

perbuatan dosa terbesar, kalau kita membuka rahasia ilmu pengetahuan kita kepada para

perajurit”.
 

Dunia Seakan-akan Digetarkan Oleh Demam.


Orang-orang kuno mengetahui persoalan atom, akan tetapi, apakah mereka mampu untuk

mengadakan peledakan atom?

Para sarjana telah menggunakan banyak waktu untuk dapat memberikan jawaban yang

tepat mengenai pertanyaan itu, sebelum diketemukannya sebuah tulisan Hindu “Drona

Parva”, yang memberikan uraian tentang peledakan bom atom sebagai berikut:

“Sebuah proyektil, yang menyala dengan kilauan api tanpa asap, diluncurkan. Suatu

kegelapan-pekat tiba-tiba menggelapkan langit. Asap-awan mengguntur di udara teratas,

dan melepaskan suatu guyuran darah. Terbakar oleh panasnya senjata itu, dunia seakanakan

gemetar karena terserang demam”.

Golongan orang-orang tidak baik, akan merasa heran dan terkejut mengenai tingginya

ilmu pengetahuan kuno, akan tetapi para sarjana modern jaman sekarang, misalnya akhli

ilmu alam Frederick Soddy, bertanya pada diri sendiri sebagai berikut: “ Apakah kita

dalam ceritera-ceritera kuno itu tidak dapat menemukan hal-hal, yang dapat

membenarkan pendapat, bahwa manusia-manusia pendahulu suatu bangsa yang sudah

dilupakan, bukannya hanya memiliki tingkat ilmu pengetahuan yang baru akhir-akhir ini

kita peroleh, melainkan juga mempunyai kekuatan, yang kini belum kita punyai?”

Bekas-bekas adanya radio-aktivitet buatan memang benar-benar telah diketemukan di

banyak bagian di dunia selama diadakannya penggalian-penggalian di daerah-daerah

bangunan purbakala. Di India, suatu kerangka telah digali kembali, yang menunjukkan

adanya suatu tenaga radio-aktif yang kuat. Penemuan itu akan menguatkan pendapat,

bahwa dalam jaman pra-sejarah telah ada ledakan-ledakan atom.

Sebuah Kapal-laut Hilang Beserta awak-kapal dan Muatannya,

Setelah Lepas dari Pantai Pulau Malta.

Beberapa orang akhli-gaib tertentu tetap berpendapat, bahwa banyak di antara mumimumi

diisi dengan tenaga radio-aktif, dan bahwa semua penyakit, yang diderita oleh para

akhli tentang Mesir, bersumber pokok pada adanya sinar radio-aktif. Dan, untuk

menguatkan pendapat mereka itu, mereka menunjuk pada dua buah “bukti, yang

menentukan”, yaitu dua buah kecelakaan tenggelamnya kapal laut, yang terjadi dalam

keadaan yang sungguh-sungguh aneh.

Peristiwa, yang pertama, terjadi pada permulaan abad ke 19. Dalam tahun 1821, seorang

jenderal Prussia, von Minutoli, pergi ke Italia dengan disertai oleh seorang insinyur Italia,

yang bernama Segato. Selama lebih dari satu tahun dia menyelidiki piramida bertingkat di

Sakkara, yang, sebagaimana kita ketahui, telah dibangun oleh Imhotep atas perintah

Pharaoh Djoser. Dia berhasil memasuki beberapa ruangan dalam piramida di sana dia

telah banyak mengumpulkan benda-benda perlengkapan makam, seperti benda-benda

ajimat, lambang-lambang kegaiban, barang-barang mebel dan lembaran-lembaran

papirus. Pada tanggal 7 Oktober 1822, di sebuah lorong besar dalam piramida, dia

menemukan sebuah peti mati yang pecah, yang di dalamnya terdapat mumi Raja Djoser,

atau salah seorang terdekatnya.

Pada akhir tahun 1822, von Minutoli memuat benda-benda yang tak terhitung banyaknya,

yang telah ia temukan di Sakkara, dalam sebuah kapal yang telah disewa oleh Raja

Prussia. Terjadilah kemudian suatu perdebatan atara para akhli purbakala Prussia di satu

fihak dan para penguasa Mesir di lain fihak. Salah seorang petugas Mesir, yang

berkewajiban mengawasi benda-benda purbakala, berusaha menasehati von Minutoli agar

supaya jangan membawa pergi muminya, dengan kata-kata sebagai berikut:

“Anda menanggung menghadapi suatu bahaya yang serius. Banyaklah sudah terjadi

kecelakaan yang sangat membahayakan; setiap orang, yang telah mengangkut sebuah

mumi, telah menjumpai kesulitan yang membahayakan” .

Akan tetapi von Minutoli merupakan seorang ilmiah, dan selalu bertindak berdasarkan

pikiran sehat; adalah bertentangan dengan sifatnya, untuk percaya demikian saja pada

ceritera-ceritera kuno, yang tak masuk akal. Demikianlah mumi itu tetap diangkut ke atas

kapal, yang kemudian mengangkat sauh dan mulai berlayar pada tanggal 3 Januari 1823.

Pada tanggal 10 Januari 1823, von Minutoli, yang tetap tinggal di Kairo untuk

melanjutkan penyelidikannya, mendengar, bahwa kapal pengangkut mumi itu telah hilang

dengan semua awak kapal dan muatannya setelah lepas dari pantai pulau Malta.

Tenggelamnya Kapal “Titanic “ Yang Misterius.

Kecelakaan, yang ke dua, terjadi satu abad kemudian. Pada tanggal 14 April 1912, kapal

“Titanic”, yang menjadi kebanggaan perusahaan angkutan laut “White Star Line”, pada

waktu perjalanannya yang pertama dari London menuju New York, membentur sebuah

gunung es di sebelah Selatan dari Newfoundland, dan tenggelam dengan sebagian besar

awak kapal dan penumpang-penumpangnya.

Tenggelamnya kapal “Titanic” itu, yang masih tetap merupakan bencana pelayaran yang

paling mengerikan dalam abad ini, menyebabkan kematiannya 1.675 orang manusia.

Apakah yang sebenarnya telah terjadi?

Bagaimanakah Raksasa Lautan Pasifik itu, yang pada waktu itu dianggap sebagai sebuah

kapal laut yang paling indah, serta paling besar dan paling aman, di dunia, dapat

mengalami nasib demikian buruk dan tenggelam? Usaha-usaha penyelidikan, yang

kemudian diadakan, tidak pernah berhasil untuk menjelaskan sepenuhnya sebab-musabab

bencana itu.

Jadi, para penyelidik tidak pernah dapat menemukan sebab-sebabnya, mengapa Kapten

Smith, yang memegang komando atas kapal itu, bertindak demikian aneh. Smith

merupakan seorang pelaut yang hebat, sangat berpengalaman dalam perjalanan pelayaran

mengarungi samudera, dan dia mengenal jalan-laut dari London ke New York seperti

telapak tangannya sendiri. Akan tetapi, pada hari terjadinya bencana itu, dia mempunyai

tindak-perbuatan yang sangat aneh, di antaranya yang paling jelas adalah, bahwa dia telah

mengambil jalan yang tidak umum dan telah berlayar dengan kecepatan melampaui batas;

dan lagi, bahwa dia, secara tidak masuk akal, tidak mau minta pertolongan kapal lain,

yang berlayar juga di daerah itu. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah adanya

kenyataan, bahwa para penyelidik telah dapat mengumpulkan keterangan dari para

penumpang, yang tidak menjadi korban bencana, bahwa Kapten Smith tidak

memberitahukan cara menyelamatkan diri sampai pada saat yang terakhir.

Segala sesuatunya menunjukkan, bahwa Kapten Smith telah kehilangan

kesadarannya.

Walaupun demikian, semua kenyataan itu sama sekali belum memberikan suatu

penjelasan. Kenyataan-kenyataan itu malahan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain.

Apakah sebenarnya yang menimbulkan keadaan, di mana Kapten Smith seakan-akan

kehilangan ingatan itu? Dalam suatu usaha maksimal untuk menemukan suatu penjelasan,

yang masuk akal, mengenai kejadian-kejadian aneh itu, beberapa orang wartawan, yang

telah ditunjuk untuk mengikuti penyelidikan sebab-musabab bencana itu, berhasil

mengemukakan suatu dugaan, yang sangat mengejutkan.

Pada waktu terjadinya bencana itu, “Titanic” mengangkut 2.200 orang penumpang, 40 ton

kentang, 1.200 botol aer-belanda, 7.000 karung kopi, 3.500 butir telor, dan lain-lainnya

.... dan sebuah mumi Mesir.

Mumi itu adalah milik seorang pengumpul Inggris, Lord Canterville, yang menyuruh

mengangkutnya dari London ke New York, di mana sedang diadakan pameran bendabenda

Mesir kuno. Mumi itu adalah mayat seorang tukang ramal, yang hidup dalam

jaman Amenophis IV; makamnya telah diketemukan di Tell el-Amarna.

Mumi itu, seperti halnya mumi-mumi Mesir lainnya, mengenakan sangat banyak bendabenda

ajimat. Terutama di bawah kepalanya, terdapat sebuah amulet, yang berisi gambar

Dewa Osiris, disertai tulisan, yang berbunyi sebagai berikut: “Bangunlah dari tidur anda,

yang nyenyak; sorot mata anda akan mengalahkan segalanya, yang dilakukan terhadap

anda”.

Tambahan lagi, benda antik itu, karena nilainya yang luar biasa, tidak dimuat dalam

ruangan barang-barang. Ditutup rapat dalam sebuah peti kayu, yang kokoh kuat, mumi itu

ditaroh di belakang tempat komando Kapten Smith.

Dalam “Magic Egypt” (= Mesir yang gaib), London tahun 1961, John Newbargton

menulis sebagai berikut: “Mummi itulah, yang menyebabkan kegilaan Kapten Smith.

Mumi itu pasti diperlengkapi dengan sistim perlindungan berdasarkan pemancaran radioaktif,

yang juga telah merusak semua alat pelayaran dari kapal ‘Titanic’ “.

Apakah Lantai Makam-makam Mesir Dilumuri Dengan Uranium?

Selanjutnya John Newbargton menyatakan, bahwa orang-orang Mesir, sejak permulaan

jaman Kerajaan Kuno, telah menjadi akhli di bidang pengambilan dan penggunaan

uranium. Dan, menurut pendapatnya, rahasia mengenai kutukan para Pharaoh yang

tersohor itu, terletak di situ. Walau kelihatannya terlalu berlebih-lebihan, namun pendapat

dan dugaan Newbargton itu telah diperkuat oleh seorang akhli atom Spanyol termasyhur,

Luis Bulgarini.

Dalam tahun 1949, Bulgarini berkata sebagai berikut: “Saya kira, bahwa orang-orang

Mesir kuno telah mengetahui hukum-hukum mengenai tenaga radio-aktif. Orang-orang

cerdik pandai dan para pendeta mereka tentu sudah mengenal uranium. Mudahlah

dibayangkan, bahwa mereka menggunakan pengetahuan mereka itu untuk melindungi

benda-benda, yang mereka anggap suci. Mereka dapat juga melumuri lantai makammakam

dengan uranium, atau mungkin juga mereka telah menggunakan batu-batu

bangunan, yang mengandung radium, yang telah mereka ambil dari lapisan bumi yang

mengandung uranium. Tenaga radio-aktif dari uranium itu mungkin masih mampu

membunuh orang pada jaman sekarang, atau setidak-tidaknya mengganggu kesehatan

badan”.
 

Lembah Tambang-Tambang Emas.


Para pemuka teori yang sangat berani itu, berpendapat, bahwa beberapa dokumen, yang

berasal dari jamannya para Pharaoh, membuktikan bahwa orang-orang Mesir kuno telah

membuka tambang di negeri mereka, dan telah mengambil sejumlah besar emas dari

galian mereka. Karena emas dan uranium terdapat dalam susunan batu karang yang sama,

maka merupakan suatu kepastianlah, bahwa mereka telah juga mengambil uranium.

Beberapa papirus menyebut tambang-tambang, yang dibuka dan dikerjakan sejak

permulaan jaman kuno. Salah satu dari tambang-tambang itu terletak di dekat desa kecil

Oumgrayat, yang pada jamannya para Pharaoh disebut Akita. Lagi pula, tambang itu jauh

daripada habis isinya: tambang itu kini masih ada, dan para akhli memperkirakan, bahwa

sepanjang jaman kuno itu telah seratus ribu ton biji logam diambil dari lorong-lorong di

bawah tanah itu.

Sebuah papirus, yang sekarang disimpan di Museum Turin, minta perhatian tentang

adanya tambang-tambang di Akita, dan menunjuk pada “gunung-gunung, dari mana telah

diambil emas”. Menurut dokumen itu, Pharaoh Seti I telah menyuruh mengambil emas

dari “gunung-gunung merah” itu kira-kira pada tahun 1400 sebelum Masehi.

Di samping itu semua, sebuah tulisan kuno, yang diketemukan di dekat desa Kouban,

memberikan uraian terperinci mengenai gagalnya suatu usaha untuk membuka tambang

pada jaman pemerintahan Ramses II. Tulisan itu menyebut, bahwa usaha itu dilakukan di

suatu daerah, yang disebut “Lembah tambang-tambang emas”.

Emas Dalam Keadaan Berlimpah-limpah Di Mesir Dalam Jaman 3000 Sampai 2000 Tahun Sebelum Masehi


Memang bukan papirus, atau dokumen jaman kuno, atau tulisan kuno, yang menyebut

secara jelas nama “uranium”, dan juga tidak ada disebut secara tegas tentang adanya

hukum-hukum radio-aktivitas. Akan tetapi tidak sulitlah untuk menggambarkan, bahwa

orang-orang Mesir kuno menggunakan nama-nama lain untuk uranium. Bagaimanapun

juga, adanya dan berlimpahlimpahnya endapan-endapan, yang mengandung emas, di

Mesir pada jamannya para Pharaoh, seharusnya merupakan peringatan bagi kita, untuk

tidak membuang teori dan pendapat itu dengan pandangan rendah.

Penggalian-penggalian tertentu, yang belum lama berselang diadakan, terutama yang telah

dilakukan oleh seorang akhli purbakala, yang bernama Quibell, telah menyebabkan

diketemukannya beberapa buah batang emas di dalam makam-makam pra-sejarah, yang

terdapat di dekat desa yang kini bernama El-Kab. Penemuan, yang sangat penting itu,

memberikan bukti yang tidak dapat dibantah, bahwa orang-orang Mesir kuno sudah

mengusahakan tambang-tambang emas, malahan mereka telah melakukannya pada jaman

sebelum dibangunnya piramida-piramida yang megah.

Selain daripada itu, lembaran-lembaran emas, yang bertuliskan huruf-huruf, telah

diketemukan di Tell el-Amarna. Setelah mengadakan penelitian yang saksama, seorang

Amerika yang akhli mengenai soal-soal Mesir, menyatakan benda-benda itu sebagai

surat-surat dari seorang raja Babilonia, yang ditujukan kepada Amenophis III; dalam surat

itu raja Babilonia meminta sejumlah emas kepada Amenophis, yang dia butuhkan untuk

pembangunan sebuah kuil, “seperti yang telah dilakukan pada masa yang lalu, untuk

ayahnya dan untuk Raja Kapadosia”. Permintaan itu membuktikan dengan jelas, bahwa

para Pharaoh sudah mempunyai persediaan emas dalam jumlah besar sejak jaman 3000

tahun sebelum Masehi.

Sebagaimana kita ketahui, emas dan uranium sering diketemukan dalam lapisan batukarang

yang sama. Karenanya, tidak ada alasanlah untuk menolak teori, yang

menyatakan, bahwa orang-orang Mesir kuno telah mengenal uranium dan hukum-hukum

tentang radio-aktivitas. Hukum-hukum itu mungkin dirahasiakan, dan hanya diketahui

secara terbatas di kalangan para pendeta dan akhli sihir; orang-orang itulah, yang

kemudian, untuk melindungi mumi-mumi tertentu, mungkin telah menaroh benda-benda

ajimat dengan radio-aktivitas, yang mampu membunuh mereka, yang hendak berbuat

jahat terhadap makam-makam mumi itu.
 


Peta-peta Piri Rais Yang Mengagumkan.


Ilmu pengetahuan jaman kuno memasuki semua daerah di dunia; akhli-akhli tertentu

menyatakan dengan tegas, bahwa nenek moyang kita mempunyai pengetahuan yang

mendalam tentang alam semesta dan benar-benar menguasai batas-batas daratan dari

bumi kita.

Setelah diketemukannya peta-peta seorang laksamana Turki, yang bernama Piri Rais,

maka para sarjana mulai mempunyai gambaran tentang luasnya ilmu pengetahuan pada

jaman kuno. Apakah yang menyebabkan peta-peta itu bernilai demikian tinggi?

Piri Rais menggambar peta itu dalam abad ke 16 berdasarkan 200 buah peta dari sebuah

atlas kuno, yang disebut “Bahriye” atau “Buku mengenai Lautan”. Dua buah peta Piri

Rais, masing-masing dari tahun 1513 dan 1528, disimpan di Museum Nasional Turki.

Apa yang mengherankan mengenai peta-peta itu adalah, bahwa mereka menunjukkan

adanya pengetahuan geografis yang terperinci, yang tidak ada pada jaman sebelum abad

ke 19!

Peta, yang berasal dari tahun 1513, menggambarkan pantai Perancis dan Spanyol,

sebagian dari Amerika Selatan, Laut Atlantik dan bagian Barat dari Afrika. Peta tahun

1528 menunjukkan gambar Gronland, Labrador, sebagian dari Kanada, New foundland

dan sebagian dari pantai Amerika Utara.

Pada waktu itu bagaimanakah luas pengetahuan kita tentang ilmu bumi? Para penyelidik

Dunia Baru, Christopher Columbus, Vespucci dan Magellan, telah menemukan

kepulauan Bahama, Porto Rico dan Haiti dari tahun 1492 sampai tahun 1498, pantai

Brasilia dalam tahun 1501, dan Laut Pasifik dalam tahun 1519.

Walaupun demikian, namun Meksiko, yang baru diketemukan dalam tahun 1520, dan

Peru, yang baru diketemukan dalam tahun 1531, sudah terdapat pada peta tahun 1513,

yang dibuat oleh Laksamana Turki itu! Antarktika atau Kutub-Selatan, yang baru

diselidiki dan dipelajari dalam abad ke 19, dan yang kini masih tetap menjadi obyek

penyelidikan, SUDAH tergambar pada peta tahun 1528 buatan Piri Rais!

Apakah Christopher Columbus Telah Menggunakan Peta-peta Piri Rais?

Siapakah yang merencanakan peta-peta Piri Rais? Jawabannya mungkin dapat

diketemukan dalam ulasan, yang ditulis oleh Laksamana Turki itu, mengenai atlas

“Bahriye”.

Dalam suatu pertempuran di laut melawan Spanyol dalam tahun 1501, Rais telah

menangkap seorang pelaut Spanyol, yang membawa peta-peta yang jarang terdapat.

Ketika ditanyai, si pelaut itu menjelaskan, bahwa dokumen-dokumen itu digunakan oleh

Columbus pada waktu dia menemukan Amerika, dan bahwa dokumen itu berasal dari

“sebuah buku dari jaman Alexander Yang Agung”. Setelah membaca buku itu,

Christopher Columbus berangkat, dan menemukan kepulauan Antillen dengan

menggunakan kapal-kapal beserta awak kapalnya, yang telah dia peroleh dari Pemerintah

Spanyol.

Riwayat itu, yang pada umumnya sesuai dengan laporan-laporan resmi tentang adanya

seorang pelaut Spanyol bernama Alonso Sanchez de Huelva, yang memberi keterangan

kepada Columbus mengenai benua Amerika, yang telah dia ketemukan sendiri sebelum

Columbus telah diakui sendiri kebenarannya oleh Laksamana Piri Rais sebagai berikut:

“Untuk merencanakan peta ini, saya telah menggunakan sebagai bahan kira-kira sejumlah

20 buah peta kuno dan 8 buah ‘Mappa Mundis’, atau dalam bahasa Arabnya ‘Jaferiye’,

yang dibuat dalam jamannya Alexander Yang Agung, dan yang menggambarkan seluruh

daratan bumi yang berpenghuni”

Dengan demikian, maka peta-peta itu sebenarnya berasal dari jaman pra-sejarah, dan

merupakan petunjuk bagi perhubungan-laut antar benua, yang tentunya telah mencapai

tingkat perkembangan yang jauh lebih tinggi daripada dugaan umum.

Karenanya, maka atlas “Bahriye”, yang telah digunakan oleh Piri Rais sebagai bahan

dasar bagi pembuatan petanya, sebenarnya hanyalah merupakan turunan dari peta-peta

yang jauh lebih kuno lagi.

Bagaimanakah dapat terjadi, bahwa manusia telah membuat peta-peta seperti itu, pada

jaman ribuan tahun yang lalu? Seorang akhli membuat peta bangsa Amerika, yang

bernama Arlington Mallery, telah membuat suatu kesimpulan, yang mengejutkan, sebagai

berikut: “Peta-peta ini tidak akan mungkin dibuat dengan ketepatan yang demikian

cermat, tanpa adanya tuntutan hasil pengintaian dari udara! “.

Peta-peta Cakrawala, Yang Dipahat Pada Batu.

Kalau demikian, apakah mungkin orang-orang angkasa luar, yang membawa peta-peta itu

dan kemudian memberikannya kepada orang-orang bumi jaman kuno? Ataukah memang

nenek moyang kita sudah mempunyai pengetahuan tentang astronomi.... dan juga tentang

ilmu penerbangan?

Para akhli purbakala telah menemukan jejak tentang semangat dan nafsu, yang dirasakan

oleh manusia jaman pra-sejarah, untuk mempelajari cakrawala. Kita telah menemukan

ukir-ukiran peta cakrawala di La Filouziere, Vendia dan Britania. Lobang-lobang kecil,

yang dibuat pada batu-karang, melukiskan gambar susunan

bintang “Waluku” dan “Kartika”. Bekas-bekas gambaran atau ukiran lain terdapat di

Goutzi di Ukraine, di Canchal de Mahoma dan di Bri-de-las-Vinas di Spanyol. Beberapa

buah di antara yang sangat tua, berasal dari jaman 35.000 tahun sebelum Masehi.

Pengetahuan itu dibawa dan diteruskan oleh orang-orang Yunani kuno.

Pada waktu terjadi pembicaraan antara Solon dengan seorang Mesir, yang tua dan

bijaksana, si orang tua itu menceriterakan secara panjang lebar kepada Solon, sebuah

ceritera kuno tentang Phaethon, putera Helios (= Matahari) dan peri laut Climene.

Phaethon mendapat idzin dari ayahnya untuk mengendarai Kereta Perang Matahari

selama satu hari. Dia memegang tali-kekang kuda-kuda angkasa itu. Akan tetapi, karena

ketakutan melihat pemandangan susunan bintang “Bimasakti” di langit, maka dia

kehilangan pengamatan atas keretanya, yang menukik turun terlalu rendah dan membakar

gunung-gunung, kemudian meluncur ke atas lagi dan berada dalam bahaya bertubrukan

dengan susunan bintang-bintang. Pada saat itulah Zeus, yang takut kalau alam semesta

akan hancur, menghantamnya dengan halilintar.

Orang tua bijaksana dari Mesir itu memberikan arti kepada ceritera kuno itu sebagai

berikut: “Apa yang tadinya kenyataan, kini menjadi dongeng kuno. Akan tetapi ceritera

itu berarti, bahwa badan-badan cakrawala telah menyimpang dari perjalanan biasanya,

dan bahwa terjadi kebakaran-kebakaran besar di bumi, yang akan selalu terjadi lagi pada

waktu-waktu tertentu”.

Hal itu telah dibuktikan oleh ilmu-pengetahuan geologi dewasa ini: “Sebuah meteorit

yang sangat besar, yang jatuh di Arizona 50.000 tahun yang lalu, menimbulkan suatu

ledakan dahsyat, yang menyebabkan terbentuknya kawah Barringer dengan ukuran lebar

1.600 meter. Seperti itu juga, di Kanada, kawah Chubb, yang berukuran lebar 3.220

meter, ditimbulkan oleh suatu kecelakaan-bintang lain, yang terjadi 30.000 tahun yang

lalu”

Seorang Cina Telah Berada Di Bulan 4.300 Tahun Sebelum Datangnya Orang-orang Rusia Dan Amerika.


Orang-orang jaman pra-sejarah, dengan menggunakan pengetahuan mereka di bidang

astronomi, mungkin telah mampu mengadakan penyelidikan-penyelidikan di ruang

angkasa.

“Jalannya sangat panjang, dan seakan-akan dibungkus dalam kegelapan”, demikianlah

diterangkan oleh Chu Yan, seorang penyair bangsa Cina dari abad ke 3 sebelum Masehi.

Dalam riwayat Cina kuno diceriterakan soal petualangan yang luar biasa dari Hou Yih,

seorang insinyur dalam jaman kerajaan Yao, yang memutuskan 4.300 tahun yang lalu,

untuk pergi ke bulan dengan naik “burung kahyangan”. Selama dalam perjalanan, burung

itu menunjukkan kepada si petualang saat-saat yang sebenarnya tentang terbitnya

matahari, titik tertinggi yang dicapai matahari, dan terbenamnya matahari. Setelah itu,

Hou Yih menjelaskan, bahwa dia “terus berlayar mengikuti aliran udara yang bercahaya”.

Apakah yang dimaksud dengan “aliran” itu mungkin tempat pengeluaran gas sebuah

roket?

“Dia tidak lagi merasakan gerakan berputar dari matahari”, berkata yang punya ceritera.

Para astronaut jaman sekarang mengatakan, bahwa tidak mungkinlah untuk mengetahui

dengan tepat perjalanan matahari setiap harinya, kalau kita berada di angkasa-luar.

Dan apakah yang telah dilihat oleh insinyur Cina itu di bulan? Dia melihat “tepi-langit

yang tampaknya membeku”. Untuk melindungi diri terhadap udara yang membeku, dia

membangun “Istana yang sangat dingin “. Isterinya, Chang Ngo, menyusulnya ke satelite,

yang digambarkannya sebagai “sebuah bola bercahaya, yang berkilauan seperti kaca,

berukuran sangat besar, dan yang sangat dingin keadaannya”.

Semua yang dilihat dan dialami oleh para petualang ruang angkasa jaman pra-sejarah,

adalah cocok dengan apa yang dialami oleh para astronaut modern.

“Kumpulan Dongeng-dongeng Kuno “, yang diceriterakan pada jamannya Hou Yih dan

Chang Ngo, menyinggung soal adanya kapal udara di laut pada siang maupun pada

malam hari. Kapal itu dapat berlayar di laut, dan juga dapat terbang di udara dengan sama

baiknya; keadaan itu menunjukkan tentang adanya suatu ilmu pengetahuan teknik, yang

setidak-tidaknya, sama majunya dengan pengetahuan kita.

Penyair Chu Yan, yang sudah kita kenal, memberikan suatu gambaran tentang

kemungkinan diadakannya perjalanan antar-bintang: “Saya berseru kepada pengendali

matahari untuk berhenti. Dan sebelum sinarnya yang terakhir, kami mempercepat

keberangkatan kami. Jalannya sangat panjang, dan seakan-akan dibungkus dalam

kegelapan. Dan selama waktu itu saya cepat-cepat menuju ke impianku yang hilang”.

Rahasia Api Abadi Di Pemandian-panas Jaman Pra-sejarah.

Sayangnya, tulisan syair, yang baru saja kita baca, tidak menguraikan secara teknis cara

bekerjanya kapal-kapal ruang-angkasa pada jaman itu.

Mengenai persoalan itu, Andrew Thomas mengakui, bahwa “Haman de Sheikh Bahai

telah mewariskan kepada kita sebuah gambaran mengenai tempat pemandian umum

Isfahan di Persia jaman kuno, dan, mungkin agak aneh, uraian itu mungkin dapat

menolong kita untuk memecahkan rahasia misteri itu”.

Dia melanjutkan: “Tempat-pemandian yang luas itu diperlengkapi dengan air panas oleh

sebuah bangunan, yang terdiri dari sebuah tungku terbuat dari logam istimewa, yang

hanya membutuhkan api lilin saja untuk memanasinya. Apakah logam itu merupakan

suatu campuran yang tidak kita kenal? Atau, mungkinkah ada suatu mekhanisme tertentu,

yang dapat memperbesar daya-panas api-lilin dengan seribu kali lipat atau lebih?”.

Pendapat itu dikuatkan oleh pengumuman “Isfahan”, yang diterbitkan oleh pemerintah

Iran Di Teheran dalam tahun 1962, dan yang kemudian dikutip oleh si penulis Australia

Andrew Thomas itu sebagai berikut:

“Sangat boleh jadi, seseorang menggali ke dalam dasar-tungku, dan menemukan

rahasianya; dengan pemecahan rahasia itu, pada suatu ketika akan diketemukan caranya

menimbulkan api-abadi, yang akan dapat digunakan sebagai bahan-bakar bagi roket-roket

bulan”.
 

Para Dewa, Yang Sering Mengunjungi Bumi.


Mungkin dapat diperoleh sekedar penjelasan mengenai persoalan itu dalam kebudayaan

bangsa Hindu.

Dalam tulisan-naskah “Samaranagama Sutradhara” disebut soal “makhluk-makhluk

kahyangan”, yang turun ke bumi; mungkinkah ada hubungan antara peradaban, yang jauh

ini, dan dunia tertentu di angkasa-luar?

Menurut Professor Hariyappa dari Universitas Misore, maka “Dewa-dewa itu sering turun

ke bumi”, dan beberapa orang mempunyai hak istimewa untuk mengunjungi para Dewa

itu di langit. Dalam mempelajari “Rig Veda”, sebuah naskah suci lain di India, Professor

Hariyappa mengatakan adanya kemungkinan saling hubungan antara semua planit pada

jaman yang telah jauh berlalu.

Manuskrip Hindu “Mahabharata” menyinggung adanya kehidupan di lain-lain planit

sebagai berikut: “Tidak terbataslah luasnya ruangan, yang dihuni oleh makhluk-makhluk

sempurna dan Dewa-dewa. Tempat tinggal mereka, yang sangat indah, tidak ada

batasnya”.

Akan tetapi, kalau para Dewa - atau makhluk-makhluk ruang angkasa pernah turun ke

bumi untuk mengajarkan secara serius ilmu pengetahuan tinggi kepada manusia pada

jaman ribuan tahun yang lalu, mengapakah kita sekarang tidak dapat lagi mengadakan

hubungan dengan mereka?
 

Di Negeri Orang-orang, Yang Mengetahui Segala-galanya.


Ilmu-pengetahuan, menurut dongeng yang ada, yang dimiliki oleh manusia pra-sejarah,

dinyatakan telah mencapai tingkat ketinggian yang benar-benar mengagumkan.

Dalam hubungan itu, ceritera kuno mengenai Apollonius dari Tyana, memberikan

gambaran baru tentang misteri Ilmu-pengetahuan pada jaman pra-sejarah.

Siapakah Apollonius itu? Riwayat hidup luar biasa dari orang mengagumkan itu, ditulis

oleh Praetor Philostratus atas perintah Ratu Romawi Julia. Menurut penulisnya,

Apollonius di lahirkan dalam tahun empat sebelum Masehi, di Kapadosia. Pada waktu

masih sangat muda, dia telah membuktikan mempunyai kecerdasan otak, yang jauh

melebihi kecerdasan orang pada umumnya, dan guru-gurunya selesai melengkapi

pendidikannya ketika dia berumur empat-belas tahun; dia telah memiliki pengetahuan

yang sangat luas. Pada usia 16 tahun dia mengucapkan janji, yang menyebabkan dia dapat

diterima di Sekolah Pythagoras.

Perjalanannya yang lama dan luar-biasa, yang penuh dengan kejadian-kejadian aneh,

ketika seorang pendeta Apollo memberikan kepadanya sebuah peta, yang diukir pada

tembaga, yang menunjukkan jalan ke “Kota para Dewa”, suatu daerah di Tibet-India;

menurut orang-orang Yunani, di situlah tempat tinggal “orang-orang, yang mengetahui

segala-galanya”.

Dengan bekal peta, yang dia miliki, filosof Yunani yang bernama Apollonius itu,

memulai perjalanannya. Setelah sampai di Nineveh, dia berjumpa dengan seorang lakilaki

muda bernama Damis, yang menawarkan diri untuk menjadi penunjuk-jalannya.

Setapak demi setapak, pada waktu ke dua orang itu mendekati tempat-tujuan, terjadilah

peristiwa-peristiwa yang luar-biasa; jalan di belakang mereka kelihatannya lenyap

mencair, dan daerah pedusunan tampak bergerak mengalir.

Pada suatu hari mereka berjumpa dengan seorang anak laki-laki, yang menyapa mereka

dalam bahasa Yunani sebagai berikut: “Selamat datang kepadamu, Apollonius. Pemimpin

kami, Larchas, telah menantimu”.

Orang muda pandai-bijaksana itu menjumpai seribu hal yang aneh-aneh: Lobang-lobang,

yang mengeluarkan lajur-lajur terang, seperti proyektor; batu-batu yang memancarkan

sinar dalam gelap, yang menerangi kota, dan yang mendadak menjadi gelap.

Akan tetapi, apa yang paling aneh baginya adalah soal “melayang-layang di udara”, dan

adanya sebuah pesawat yang mematuhi semua perintah orang-orang Tibet itu.

Philostratus menggambarkan robot-robot itu sebagai berikut: “Didorong oleh kekuatankemauan,

mereka berpindah-pindah tempat di sekitar tempat yang suci, digerakkan oleh

dirinya sendiri, mereka menanggapi isyarat-isyarat, yang bagaimana kecilnya-pun, dari

para Dewa”.

Melihat keheranan Apollonius, Larchas berkata kepadanya: “Engkau sekarang berada di

antara orang-orang, yang mengetahui segala-galanya”.

Para Penguasa-gaib Dari Alam-semesta.

Siapakah orang-orang, yang mengetahui segala-galanya itu? Menurut Apollonius, mereka

“hidup di bumi dan di luar bumi, pada waktu yang sama”. Apakah uraian itu harus kita

artikan, bahwa mereka selalu mengadakan hubungan dengan peradaban angkasa luar?

Pengertian itu mungkin dapat menjelaskan ucapan aneh, yang dikatakan oleh Larchas:

“Alam-semesta merupakan sesuatu yang hidup”.

Akan tetapi saatnya telah tiba bagi filosof Yunani itu, untuk barangkat. Dia menempuh

jalannya kembali, setelah dia menerima tugas untuk membebaskan daerah Barat dari

kekuasaan Romawi.

Marilah kita mengikutinya lebih lanjut. Ketika dia sampai di Roma, yang berada di bawah

pemerintahan Nero, dia diajukan ke muka pengadilan. Apa yang dia katakan, terdengar

aneh bagi orang-orang Romawi, yang menuduhnya sebagai seorang pengacau. Ketika

Jaksa membuka rontal (= surat gulungan), di mana tertulis tuduhan-tuduhan terhadap

Apollonius, terjadilah suatu keajaiban: dokumen itu ternyata bersih tidak ada tulisannya!

Apollonius dibebaskan dengan segera, dan setelah itu dia selalu diperlakukan oleh orangorang

Romawi dengan hormat dan rasa takut.

Di bawah pemerintahan Domitian, Apollonius, yang terus-menerus dituduh melakukan

kegiatan-kegiatan anti-Romawi, diajukan lagi ke depan Pengadilan: “Anda boleh

menahan badan saya, akan tetapi jiwa saya tetap bebas”, demikianlah dia berteriak kepada

Kaisar Domitian, “dan lagi, badan saya pun anda tidak dapat menahan”. Setelah

ucapannya itu, dia menghilang dengan suatu kilatan cahaya.

Dengan demikian berakhirlah sudah riwayat hidup Apollonius. Tidak ada yang

mengetahui, apa yang selanjutnya terjadi dengan dia, setelah keadaan yang tidak masuk

akal itu.

Mungkinkah dia telah naik ke cakrawala, dan berdiam di sana, di antara para penguasa

gaib dari alam-semesta?

Yang menguatkan adanya kemungkinan itu adalah adanya dua kenyataan, yaitu, bahwa

Kaisar Romawi Karakalla mempersembahkan tempat-suci kepadanya, dan bahwa dia

dipuja sebagai Dewa di Ephesus dalam abad ke III.


ILMU PENGOBATAN, SUATU ILMU PENGETAHUAN ISTIMEWA DARI ANGKASA LUAR


Apakah orang-orang pertama juga menggunakan obat-obatan antibiotika, anesthesia,

pembedahan, dan sinar-X? Menurut penyelidik-penyelidik tertentu, cara-cara pengobatan,

yang baru akhir-akhir ini, yang relatif belum lama, kita ketahui, sebenarnya sudah

diketahui ribuan tahun yang lalu. Kalau demikian, apakah semua ilmu-pengetahuan itu

hanya merupakan suatu “penemuan-kembali” belaka? Menurut pendapat-resmi, maka

nenek-moyang kita telah menemukan obat-obatan dan cara pengobatan melalui cara, yang

sama dengan cara yang kita tempuh, yaitu dengan cara mengadakan percobaan-percobaan.

Akan tetapi teori itu kurang memuaskan bagi penyelidik-penyelidik tertentu. Menurut

pandangan mereka, maka suatu kekuasaan atau kekuatan di luar manusia, yang datang

dari suatu tempat TAK DIKENAL, telah membawa ilmu pengetahuan, yang dalam itu,

kepada orang-orang jaman pra-sejarah.

Mungkinkah, berdasarkan kesimpulan yang terakhir itu, ilmu-pengobatan merupakan

ilmu pengetahuan, yang berasal dari angkasa-luar?

Sebuah Buku Obat-obatan Yang Sangat Hebat.

Buku obat-obatan merupakan dasar dari semua ilmu-pengobatan, dan mengemukakan

macam-macam obat yang sama di kalangan orang-orang jaman dahulu, seperti jaman

sekarang.

Menurut papirus “Rind” dari Dinasti XI, orang-orang Mesir kuno menggunakan suatu

jenis jamur tertentu, yang namanya sayang sekali tidak disebut, untuk menyembuhkan

luka-luka terbuka. Obat ini sangat menyerupai penisilin, yang diketemukan oleh Fleming.

Walaupun demikian, papirus Mesir itu berasal dari jaman 2.000 tahun sebelum Masehi.

Demikian juga, obat-obatan antibiotika sudah ada pada jamannya orang-orang Yunani

kuno, dan juga di kalangan orang-orang Cina jaman dahulu. Orang-orang Cina itu

menggunakan rabuk panas dan gandum-kecap, yang diberi ragi, yang mempunyai khasiat

sama dengan obat antibiotika, dan yang sejak masa itu menjadi sangat terkenal.

Walaupun orang telah beratus-ratus tahun, dengan rasa pasrah kepada takdir, mau

menerima adanya malapetaka seperti penyakit-cacar, siphilis, tetanus dan lain sebagainya,

namun sebenarnya orang-orang Hindu telah mengetahui secara mendalam soal

vaksinasi.... kira-kira sejak 3.500 tahun yang lalu! Suatu uraian, yang diambil dari naskah

orang-orang Brahman, “Setya Grantham”, mengenai suatu injeksi di bawah kulit terhadap

penyakit cacar, berbunyi sebagai berikut:

“Ambillah dengan pucuk sebuah pisau cairan isi bisul-cacar, dan injeksikanlah cairan itu

ke dalam lengan seseorang, agar supaya dapat bercampur dengan darah orang itu.

Penginjeksian itu akan membangkitkan rasa demam, akan tetapi penyakitnya akan mudah

berkurang tanpa disertai komplikasi”.

Dari Ilmu-pengetahuan Tentang gigi .....

Sampai kepada “Tukang Cabut Gigi”.

Siapakah yang tidak pernah mendengar ceritera tentang para “tukang cabut gigi” dari

Abad Pertengahan di Eropa? Reputasi mereka yang menakutkan, yang diwariskan terus

kepada para dokter-gigi jaman sekarang, mungkin tidak salah, akan tetapi penemuanpenemuan

di bidang ilmu-purbakala, yang belum lama berselang terjadi, menunjukkan

sudah adanya ilmu pengetahuan, yang mendalam, di bidang gigi di kalangan orang-orang

Maya dan Mesir kuno.

Mumi-mumi, yang dikeluarkan dari peti-peti mati di “Lembah Raja-raja”, di Mesir bagian

atas, memperlihatkan gigi-gigi palsu.

Kerangka orang-orang Maya, yang diketemukan sepanjang pantai Aina, di teluk

Kampeche Meksiko, mempunyai puncak-gigi dan isi-gigi terbuat dari bahan, yang masih

belum diketahui pada jaman kita sekarang ini.

Mutu hasil pekerjaan itu membuat heran dan kagum para sarjana modern. Bagaimanakah

hasil-karya mereka itu dapat melewati ribuan tahun tanpa mengalami kerusakan, dan

masih tetap berada dalam keadaan baik? Suatu keajaiban lagi, yang merupakan lanjutan

dari yang sudah-sudah.
 

Ilmu-bedah Jaman Pra-sejarah.


Operasi-operasi yang berjalan dengan baik, yang diperlihatkan oleh orang-orang prasejarah

di bidang gigi, memberikan dugaan tentang telah adanya suatu pengetahuan

tentang pembiusan atau mematikan-rasa.

Akan tetapi kita mengetahui dengan pasti, bahwa orang-orang Mesir kuno menggunakan

bahan mineral, yang sampai sekarang belum kita kenal untuk mematikan rasa si pasien.

Untuk itu, orang-orang Inca menggunakan kokaine. Rupa-rupanya orang-orang Inca itu

telah mengetahui tata cara amputasi dan pembedahan.... pada kira-kira 2.500 tahun yang

lalu. Sebagai bukti mengenai hal itu, di dalam kuburan-kuburan orang-orang Inca telah

diketemukan sejumlah besar alat-alat pembedahan, mata-panah, pisau-bedah, pisauperunggu,

pinset dan jarum. Malahan diketemukan juga tengkorak-tengkorak bekas

dioperasi.

Suatu Pembedahan .... 2.500 Tahun Yang Lalu

Kalau masih ada orang yang ragu-ragu, di bawah ini diungkapkan sebuah laporan

mengenai pembedahan, yang dilakukan di Cina 2.500 tahun yang lalu, dan dilaporkan

dalam riwayat “Hou Han Chou”.

“Dia (dokternya) menyuruh pasiennya menelan bubuk obat-bius, yang dicampur dengan

anggur. Segera setelah si pasien mabuk dan kemudian pingsan, dia membuat suatu

goresan pembedahan di perut atau di punggung, untuk mengambil setiap pertumbuhan,

yang mengganggu dan membahayakan. Kalau perutnya atau isi perutnya (usus) yang

terkena infeksi, maka dia membersihkan sama sekali bagian-bagian itu setelah dia

terlebih dahulu mengambil semua bagian yang tercemar dan menimbulkan infeksi itu

dengan menggunakan pisau-bedahnya. Dia kemudian menjahit luka-lukanya dan

menggunakan semacam salep yang mentakjubkan, yang menyembuhkan luka-luka itu

dalam empat atau lima hari; setelah lewat sebulan, si pasien telah sembuh sama sekali”.

Akan tetapi ilmu-pengetahuan di Cina tidak berhenti sampai di situ saja. Dalam abad ke 3

sebelum Masehi, Kaisar Tson Shi, mempunyai sebuah “Cermin-gaib”, yang dapat

“menyinari tulang-tulang tubuh “. Apakah ungkapan, yang jelas itu, menyinggung sinar-

X?

Kita mempunyai beberapa gambaran perincian mengenai “cermin” itu, yang tingginya

1,76 meter dan lebarnya 1,22 meter, dan disimpan di dalam istana Hien Yang di Changsi.

Benda itu memantulkan gambar-kebalikan, akan tetapi tulang dan alat-alat dalam tubuh

dapat dilihat dengan jelas, sehingga memungkinkan dapatnya segera diketahui, bilamana

ada luka atau kerusakan. Bukankah gambar demikian itu, yang menjadi angan-angan ilmu

pembuatan gambar sinar-X, yang kini masih dicari cara-cara pembuatannya?
 

Siapakah Dr. Cabrera Itu?


Akan tetapi misteri yang jelas paling aneh adalah museum batu-batu Dr. Cabrera di kota

Ica di Peru. Sejumlah batu-batu itu melukiskan pembedahan-pembedahan menurut ilmubedah,

yang sudah tinggi tingkatannya. Siapakah Dr. Cabrera itu, dan apakah maksud

diadakannya museum itu dipandang dari sudut ilmu-pengetahuan?

Javier Darquea Cabrera, seorang keturunan dari Don Luis-Jeronimo, penemu kota Ica di

tahun 1563, merupakan salah seorang yang paling menonjol di kalangan cerdik-pandai di

Peru. Dia adalah seorang akhli-bedah di rumah-sakit buruh di kota Ica, pemimpin

pekerjaan penyelidikan, seorang anggauta Dewan Kota Ica, seorang akhli biologi dan

akhli-antropologi. Tambahan lagi, dia dianggap sebagai seorang di antara akhli-akhli yang

paling baik mengenai pra-sejarah Amerika.

Dia tetap berkata, bahwa cintanya kepada negaranya, Peru, dan kepada “pra-sejarah”,

mendorongnya untuk menemukan suatu harta benda yang tak dapat diperkirakan nilainya,

yang menggulingkan semua teori tentang ilmu-pengobatan jaman kuno.
 

Suatu Koleksi Yang Aneh.


Di lantai bawah sebuah bangunan, yang sangat besar dan mewah, yang menghadap ke

Plaza de Armas di Lima, diketemukan museum Dr. Cabrera yang dirahasiakan. Lima

buah ruang utamanya diisi dengan rak-rak yang kokoh, di atasnya mana dipertunjukkan

ribuan buah batu. Beberapa buah batu, yang lebih berat, terdapat di lantai. Dr. Cabrera

menyatakan, bahwa masing-masing batu itu, semuanya, telah diberi indeks, dimasukkan

dalam penggolongan, dan ditaroh di tempat sesuai dengan urutan penggolongannya. Dia

mengatakan, bahwa keseluruhan batu-batu itu berjumlah sebelas-ribu, dan ada beberapa

buah diantaranya, yang masing-masing beratnya sampai mencapai 200 kilogram. Batubatu

berbentuk balok, batu kerikil bundar-bundar, batu-batu datar, semuanya kelihatan

mengkilap berwarna agak abu-abu, atau agak kuning kemerah-merahan.

Masing-masing batu itu, semuanya, ada ukiran-ukirannya. Semua disainnya jelas dan

cermat. Garis-garisnya jelas; garis-garis lengkungnya seakan-akan dibuat dengan sebuah

jangka, dan garis lurusnya tidak terputus, seakan-akan ditarik dengan sebuah penggaris.

Pekerjaan disaiannya rumit, dan susunannya berimbang. Dr. Cabrere mengatakan kepada

para tamunya, bahwa orang-orang, yang telah mengukir disain-disain itu, merupakan

orang-orang, yang mempunyai tingkat kecerdasan otak yang tinggi.

Mengingat berbeda-bedanya benda, kekhususan dari tiap-tiap disain, dan berbedabedanya

arti bentuk disain, maka kita terpaksa menduga, bahwa sejumlah besar tukangukir,

secara berturut-turut selama jangka waktu yang panjang, telah dipekerjakan dalam

menyelesaikan pengukiran disain-disain itu.

“Buku dari batu” itu, istilah yang digunakan oleh Dr. Cabrera sendiri, mengungkapkan

kepada mereka, yang dapat memecahkan artinya, penghidupan sehari-hari orang-orang

jaman pra-sejarah, ilmu pengetahuan mereka, yang tinggi dan mendalam, di bidang

biologi, pembedahan, astrologi, ilmu bumi dan ilmu alam.

Dr. Cabrera menyatakan dengan tegas dan pasti, bahwa batu-batu itu keseluruhannya

merupakan dokumen-dokumen pra-sejarah, yang paling lengkap dan paling banyak

memberi penerangan, yang pernah diketemukan oleh manusia.
 

Dari Manakah Asalnya Batu-Batu Kota Ica Itu?


Dr. Cabrera tidak ingin mengungkapkan asal mula atau tempat asal harta bendanya, yang

tidak ternilai itu. Sebenarnya, dia merasa terombang-ambing antara dua perasaan, yang

saling bertentangan. Di satu fihak, dia ingin mengungkapkan tempat, di mana dia telah

menemukan batu-batu itu, untuk mengakhiri “gerakan menjelek-jelekkan namanya” yang

dilakukan oleh para sarjana dari semua bidang. Beberapa orang sarjana telah sampai

mengatakan, bahwa dia telah membayar para petani di daerahnya, untuk mengukir dan

mewarnai batu-batu itu! Akan tetapi di lain fihak, dia ingin tetap menyimpan rahasianya

untuk menghindari datang mengalirnya para pengejar sensasi atau orang-orang yang

hanya ingin tahu belaka, ‘dan juga untuk menghindari bahaya perampokan. Dia

menjelaskan keadaannya itu sebagai berikut:

“Saya telah dapat mengumpulkan 11.000 buah batu, akan tetapi masih amat sangat

banyak lagi yang ketinggalan. ( Dalam suatu percakapan lain, Dr. Cabrera memperkirakan

jumlah batu itu sebesar 100.000) Saya ingin melengkapi koleksi saya sampai semaksimal

mungkin..... Pokoknya, sebelum saya membuka rahasia saya, saya terlebih dahulu ingin

memperoleh pengakuan dari sebuah komisi, yang terdiri dari akhli-akhli ilmu

pengetahuan, bahwa saya adalah seorang anggauta kelompok mereka; saya juga

menginginkan agar Pemerintah Peru mengadakan sistim penjagaan tetap, untuk

melindungi harta kekayaan nasional itu “.

Akan tetapi, rahasia yang ingin disimpan oleh Dr. Cabrera itu, sebenarnya, sedikit-banyak

sudah menjadi suatu rahasia umum. Daerah, di mana batu-batu terukir itu diketemukan,

sudah diketahui sampai pada jarak sejauh kira-kira satu kilometer. Letak daerah itu adalah

kira-kira 30 km di sebelah Barat Daya kota Ica, di dekat Ocucaje di sekitar sungai Ica.

Untuk sebagian besar, batu-batu itu dipendam dalam gua-gua besar atau dalam kuburankuburan.

Di Ocucaje sendiri, setiap keluarga petani mempunyai beberapa buah batu itu (“piedras”),

yang terukir sangat bagus. Pada waktu para petani itu pergi ke kota, maka yang lebih

pandai di antara mereka, membawa dan menjual batu-batu mereka kepada para pelancong

yang ber-uang.

Bagi yang kurang pintar, batu-batu itu dibiarkan tersebar dalam kandang-kandang ayam

atau di halaman rumah mereka. Demikian banyak jumlah batu itu! Dari generasi ke

genarasi, dari ayah ke anak, mereka semua mengetahui tempat batu-batu itu.

Kalau batunya cukup besar, dan kalau disainnya kelihatan baik dan cermat

pembuatannya, maka mereka menjualnya kepada Dr. Cabrera yang baik.

Benda-benda terukir itu (“garabados”) sebenarnya sudah diketahui, setidak-tidaknya sejak

abad ke 17. Batu-batu tidak lebih banyak menarik, perhatian daripada potongan-potongan

batu api atau periuk-belangga Paracas, yang banyak diketemukan di daerah itu. Nilai

kekayaan, yang tinggi, dari warisan pra-sejarah dalam bentuk batu-batu kota Ica itu, tidak

dipedulikan oleh orang-orang Peru.
 

Apakah orang-orang Jaman Pra-sejarah Melakukan Pemindahan Jantung


Sebagian tertentu dari batu-batu itu ada hubungannya dengan bidang pengobatan, dan

pada pandangan pertama sudah menampakkan adanya tingkat kemajuan, yang lebih tinggi

daripada tingkat pengetahuan kita sendiri. Menurut dokter yang baik itu, pasien jaman

dahulu beruntung bisa mendapatkan obat-obatan, yang bermutu tinggi. Beberapa di antara

batu-batu dengan disain menarik, menunjukkan suatu pembedahan”Kaisar” secara

terperinci; pengambilan contoh darah dan, malahan lebih mengagumkan, pemindahan

hati, jantung dan otak!

Menurut batu-batu yang sama itu, pembedahan itu dapat berjalan secara sempurna, karena

para akhli-bedahnya benar-benar menguasai teori pembedahan dan sangat tangkas.

Marilah kita, sebagaimana dianjurkan oleh Dr. Cabrera, memeriksa salah sebuah dari

“batu-batu pengobatan”, yang menunjukkan suatu kelahiran bayi melalui pembedahan

“kaisar”.

Wanita, yang hendak melahirkan, ditidurkan terlentang telanjang di atas semacam tempat

tidur untuk berkemah ( “veld-bed”). Akhli-bedahnya memijit-mijit perutnya untuk

mengatur kedudukan si bayi, yang kita lihat secara samar-samar, dalam keadaan yang

seharusnya. Pisau bedahnya kelihatan terletak di tempat pada jarak, yang mudah

terjangkau oleh raihannya. Mata pisaunya telah diasah hingga sangat tajam. Dengan suatu

gerakan yang tepat dan pasti, akhli bedahnya membuat goresan pembedahan. Tangannya

lain, yang bebas, melanjutkan memijit-mijit perut si pasien. Si wanita rupa-rupanya

mengalami penarikan-penarikan untuk melahirkan. Dia telah menarik lutut-lututnya ke

atas. Akan tetapi akhli bedahnya telah mengangkat keluar si bayi; seorang pembantu

menolong tugas pekerjaannya yang sulit itu. Sebuah pipa, yang pada ujungnya terdapat

sebuah bola-penekan, dimasukkan ke dalam mulut si pasien. Apakah alat itu merupakan

sebuah alat untuk melayani pemberian udara atau oxygen, ataukah untuk memasukkan

cairan secara perlahan-lahan? Ataukah untuk mengatur suatu pembiusan? Yang jelas

adalah, bahwa pasiennya kelihatan seakan-akan sedang tidur; tangannya tidak lagi

ditekankan pada perutnya. Kepala bayinya sudah berada di luar perut sang ibu.

Pembedahannya telah berjalan dengan baik.
 

Lebih Pandai Daripada Dokter Barnard?


Apakah pernyataan-pertanyaan Dr. Cabrera hanya merupakan omong-kosong belaka,

dengan maksud untuk menguatkan teori-teorinya di bidang pra-sejarah. Kelihatannya

tidak, sebab, baru-baru ini, apa yang dinyatakan pada batu-batu itu, telah dibenarkan oleh

laporan Professor Marmadjaidjan mengenai ekspedisi ilmiah di Asia Tengah daerah

Rusia, yang telah dipimpinnya sendiri.

Laporan itu menyatakan, bahwa pemindahan jantung telah dicoba dan dilakukan dengan

hasil baik pada jaman pra-sejarah. Professor Marmadjaidjan sebenarnya telah menemukan

delapan buah kerangka manusia, yang menunjukkan bekas-bekas pembedahan secara

ilmiah pada tulang-tulang di ujung rongga dada. Tebalnya periosteum membuktikan,

bahwa pembedahan itu berjalan dengan baik. Dapatlah segera ditentukan, bahwa setelah

pemotongan tulang-tulang rusuk, mereka tentu telah melakukan penanaman jantung.

Menurut professor kita, perbuatan berani, yang mengagumkan itu, telah dilakukan

100.000 tahun yang lalu.

Menurut pandangan Dr. Cabrera, batu-batu kota Ica merupakan bukti, yang nyata dan

tidak dapat disangkal, bahwa ilmu pengetahuan nenek moyang kita berada dalam

tingkatan yang lebih tinggi daripada pengetahuan kita sendiri. Professor Barnard, yang

telah mempunyai nama sebagai orang pertama dalam abad ke 20 ini, yang telah

mengusahakan pemindahan dan penanaman jantung, menggunakan suatu cara, di mana

dia tidak mengganti organisme keseluruhannya. Dia memilih cara, untuk mengganti

bagian yang rusak dengan suatu bagian yang baik. Bagian baik, yang dibutuhkan itu,

diambil dari jantung orang yang sudah mati, yang pernapasannya dipertahankan bekerja

secara buatan.

Nenek-moyang kita mempunyai cara, yang sama sekali berlainan dengan cara kita. Ini

menyangkut persoalan penggantian keseluruhannya dari jantung dan urat nadi serta

pembuluh darah lainnya.

Pelaksanaan pembedahan demikian, diuraikan secara cermat dalam ukiran-ukiran pada

sejumlah batu-batu itu. Pembedahannya dimulai dengan pengambilan darah dari wanita

yang hamil. Darahnya dikumpulkan secara cermat oleh akhli bedahnya sendiri. Dia ruparupanya

mengawasi agar pembedahan berjalan sebagaimana mustinya.

Dr. Cabrera mengemukakan teori, bahwa darah seorang wanita yang mengandung, berisi

hormon, yang dalam persoalan penggantian organisme, meniadakan gejala penolakan,

yang sangat berbahaya bagi si pasien. Sudut pandangan itu tidak disangkal oleh ilmu

pengetahuan. Dengan demikian, maka tampaklah, bahwa orang-orang jaman pra-sejarah

sudah mengetahui adanya problema mengenai “penolakan”, dan bahwa mereka telah

menemukan cara-cara untuk menghindari terjadinya hal itu.
 

Cara-cara, Yang Digunakan Oleh Para Akhli-bedah Jaman Dahulu.


Pada batu-batu yang berikut, akhli bedahnya kelihatan melanjutkan membersihkan

jantung, yang berasal dari donornya. Dari mulut si donor tidak kelihatan keluar nafas; dia

kelihatannya sudah mati. Seorang pembantu memegang seluruh talam, yang berisi

bermacam-macam alat pembedahan. Dokternya mengetok-ngetok untuk terakhir kalinya

dada si pasien, dan kemudian mulai memotong. Dengan gerakan-gerakan tangan yang

tepat, pembantunya memberikan alat-alatnya secara berurut-urutan. Jantungnya kini telah

dikeluarkan dari rongga dada, akan tetapi masih belum terlepas dari tubuh, karena masih

bersambungan dengan urat nadi. Beberapa goresan lagi dengan pisaunya, dan akhli

bedahnya memegang keseluruhan organismenya dalam tangannya. Kemudian dia

melanjutkan dengan pembersihan secara cepat, dan seterusnya menghubungkannya

dengan aorta-nya dan “vena cava” wanita yang mengandung itu, yang masih berada

dalam keadaan tidur nyenyak.

Kalau kita melanjutkan “bacaan” pada batu-batu terukir itu, maka kita melihat akhli

bedahnya tidak membuang-buang waktu, ketika dia mulai dengan pasiennya. Dia

menyisipkan sebuah jarum ke dalam pembuluh darah di lengan dan memasukkan darah

yang diambil dari wanita mengandung itu. Secara samar-samar kita dapat melihat jantung

si pasien. Jantung itu terkena penyakit yang menyedihkan. Sebagian jantung itu terluka

dan tertekan, seakan-akan menunjukkan adanya jaringan yang mengeras. Pada waktu itu

si pasien masih sadar. Segera kemudian, dia tidur, mungkin karena akibat pembiusan.

Akhli bedahnya menggores rongga dada, menggergaji tulang-tulang rusuknya, dengan

cermat memotong aorta dan pembuluh-pembuluh darah lainnya, dan mengambil jantung

dalam keseluruhannya. Pasiennya hanyalah merupakan tubuh tanpa kehidupan. Dokternya

mengambil jantung si donor, yang masih dialiri darah si wanita yang mengandung, dan

memasukkan jantung itu ke dalam rongga dada yang menganga. Kemudian, dengan

sangat cekatan, dia memperbaiki lagi kelangsungan urat-urat nadi dan pembuluh darah

lain-lainnya. Pekerjaannya sangat cermat, dan meminta segenap perhatiannya. Dan

akhirnya sampailah dia pada bagian pekerjaan yang terakhir, yang nantinya akan menjadi

“bekas luka operasi”. Selama waktu terjadinya pembedahan itu, si pasien diberi oxygen

dan cairan secara perlahan-lahan melalui sebuah pipa lewat kerongkongan. Akhlibedahnya

telah menyelesaikan pekerjaannya menjahit lewat kerongkongan. Akhlibedahnya

telah menyelesaikan pekerjaannya menjahit menutup lukanya; dia mengenakan

stetoskop pada telinganya, dan mendengarkan untuk pertama kali detak-jantung

pasiennya. Dia merasa puas, dan memberesi semuanya. Pembedahannya telah

berlangsung dengan baik; pasiennya hidup, dan sebuah jantung baru berdetak dalam

rongga dadanya.
 

Pemindahan Otak.


Nenek-moyang kita dengan pasti mempunyai ilmu pengetahuan yang sempurna mengenai

pemindahan dan penanaman organisme, dan malahan mereka berani mengadakan

pemindahan otak. Sekali lagi, batu-batu kota Ica merupakan bukti nyata bagi kita.

Pasiennya berbaring tertelungkup; dia telah dibius, dan tidak sadarkan diri. Rambut

kepalanya dicukur. Dengan sebuah alat, yang nampak seperti jangka, akhli-bedahnya

menentukan batas-batas tempat yang akan dibedah. Kemudian dilakukanlah penggoresan

dan pemotongan dengan pisaunya. Dari tengkorak, yang terbuka itu, keluarlah ular-ular.

(Otak yang sakit melahirkan pikiran jahat pada manusia, karenanya, ular-ular) Otak si

pasien dengan segera diambil. Kemudian akhli bedahnya mengambil otak penggantinya

yang harus dipasang, dan membuat persiapan untuk memasukkan otak itu ke dalam

tengkorak si pasien. Diduga, bahwa dia telah berhasil, sebab bagian terakhir dari

pembedahan itu diuraikan pada sebuah batu, yang belum diketemukan. Mudahmudahanlah

batu itu dapat segera diketemukan, dan akan dapat menguatkan dugaan,

bahwa pembedahannya telah berlangsung dengan hasil baik.
 


Misteri Mengenai Asal-usul Ilmu-pengetahuan.


Apakah yang menjadi sumber kepandaian atau ilmu pengetahuan, yang demikian luas itu?

Rahasia mengenai asal-usul itu tetap tidak dapat dipecahkan sama sekali, dan para

penyelidik hanya dapat mengemukakan pendapat atau perkiraan saja.

Apakah semua ilmu pengetahuan, yang hebat itu, telah dikirimkan kepada para penghuni

bumi oleh makhluk-makhluk angkasa-luar pada jaman yang telah sangat jauh berlalu?

Pendapat itu tampak masuk akal, kalau kita mengingat kembali teori Jacques Bergier,

yang telah pernah kita bicarakan. Dia berpendapat, bahwa bermacam-macam bencana,

yang pernah dialami oleh manusia, ditimbulkan oleh makhluk-makhluk angkasa luar.

Setelah mengajarkan ilmu pengetahuan mereka kepada manusia, apakah mereka hendak

membinasakan manusia itu dengan menimbulkan malapetaka? Dan apakah mereka,

setelah itu, akan membiarkan manusia pada nasibnya yang menyedihkan?



TIAHUANACO, NASCA, PISCO, BAALBEK .. WARISAN DARI SEBERANG?


Pada tanggal 7 Maret 1960, Kapten Peri terbang dengan helikopternya pada ketinggian

4.000 meter di atas pegunungan Cordilleras De Los Andes. Penerbangan itu merupakan

penerbangan rutine, tiba-tiba perhatiannya tertarik oleh gambar-gambar geometris, yang

aneh, di darat. Bentuk-bentuk gambar itu belum pernah terlihat sebelumnya.


Kalender Berdasarkan Ilmu-perbintangan, Yang Terbesar Di Dunia.


Kembali di Lima, Kapten Peri memberitahukan pengalamannya kepada seorang Jerman

akhli purbakala, Maria Reiche. Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Peri, Reiche segera

berangkat ke dataran tinggi Nasca. Akan tetapi, setelah sampai di sana, dia sama sekali

tidak menemukan apa-apa.

Heran karenanya, si akhli-purbakala melanjutkan penyelidikannya dengan naik pesawat

terbang. Baru kemudianlah dia dapat menemukan apa yang dia sebut sebagai “kalender

astronomis, yang terbesar di dunia dan di segala jaman”.

Akan tetapi, apakah sebenarnya bekas-bekas bentuk gambaran itu, yang sampai hari inipun

masih merupakan bahan polemik? Sama dengan persoalan-persoalan di lain daerah -

Baalbek, Tiahuanaco, Pisco - pendapat-pendapat bermunculan saling menyusul dan saling

bertentangan; pendapat-pendapat, yang saling mengisi dan saling menyerang; semuanya

itu sesuai dengan keyakinan masing-masing orang penulisnya.

Apakah daerah-daerah itu mengandung arti bukti tentang pernah adanya peradaban

manusia, yang kemudian telah menghilang? Apakah daerah-daerah itu merupakan

peninggalan atau warisan terakhir dari peradaban, yang datang dari suatu tempat

misterius, sebagaimana dikemukakan oleh penyelidik-penyelidik tertentu?

“Grabados” (= Ukir-ukiran) Raksasa Dari Nasca.

Bentuk-bentuk di Nasca, yang hanya dapat dilihat dari udara, mempunyai corak “pistas”,

artinya, menjulur seperti landasan-terbang, “lineas”, atau kerutan-kerutan panjang, dan

corak “grabados” (= ukir-ukiran) yang merupakan disain raksasa.

“Grabados”nya menggambarkan seekor monyet setinggi 100 meter, tergambar penuh,

dengan ekornya tergulung ke atas; selanjutnya, seekor burung nasar berparuh panjang,

yang menurut keyakinan orang-orang pra-sejarah, merupakan “utusan para Dewa”, dan

akhirnya seekor laba-laba raksasa setinggi 46 meter, dengan 8 buah kakinya yang sangat

besar dan badan yang tidak seimbang ukurannya (perutnya lebih kecil dari pada rongga

dadanya).

Tiga buah bentuk, yang sangat jelas itu, disertai bentuk-bentuk lain binatang, seperti

seekor kucing, seekor burung kakatua, beberapa ekor ikan, ular-ular, dll, .......



Dua Buah Gambar Manusia Aneh Terukir Dalam Batu.


Berasal dari manakah “pistas” dan “lineas” itu? Pengintaian dari pesawat udara

menunjukkan, bahwa bentuk-bentuk garis itu dimulai dan diakhiri secara mendadak.

Untuk apakah? Tidak ada yang mengetahuinya.

Garis-garis itu bercampuran dan saling potong tanpa diketahui arti maksudnya, akan

tetapi hasil bentuknya adalah indah-mengagumkan; bentuk spiral yang sempurna, dan

bentuk-bentuk gambar geometris.

Pada jarak, yang tidak begitu jauh dari situ, terdapat dua bentuk orang terukir dalam batu

dengan kepala masing-masing dikelilingi oleh sinar cahaya, yang bagi para sarjana juga

merupakan teka-teki. Pertama-tama, ukiran bentuk manusia itu tidak mewujudkan bentuk

corak orang-orang dari suku bangsa di daerah itu. Selanjutnya, mengapakah bentuk

gambar itu diberi pancaran cahaya? Para penyelidik hanya dapat sampai pada dugaandugaan

saja: “Apakah dua bentuk gambar ukiran itu menggambarkan dua orang nenekmoyang

para penghuni Cordelliras De Los Andes, ataukah menggambarkan orang-orang

dari angkasa luar, yang hendak diabadikan oleh bangsa Inca?”

Apakah Tiahuanaco Diciptakan “Sebelum

Lahirnya Matahari Dan Bintang-Bintang”?

Kota Tiahuanaco, di Bolivia, merupakan peninggalan lain dari suatu jaman, yang telah

sangat jauh berlalu. Seorang wartawan Perancis, Roger Delorme, mengetahui dengan baik

sejarah bangsa Inca dan riwayat kuno para penghuni Cordelliras De Los Andes. Dia

sangat mengagumi kota-kota kuno Cuzeo, Pachacamar dan OllantayTambo. Dia tertawan

oleh pesona reruntuhan kota-kota itu.

Dalam tahun 1958 dia meninggalkan La Paz dan mengunjungi kota, yang dianggap tertua

di dunia, Tiahuanaco, yang letaknya terpencil di suatu dataran tinggi pasir. Dengan

perasaan yang sangat terpengaruh oleh keadaan, dia masuk lewat “Pintu gerbang

Matahari” yang sangat besar, dan, ketika dia menebarkan pandangannya ke daerah yang

agung itu, dia mendapat perasaan aneh, yang seakan-akan mengatakan, bahwa reruntuhan

itu mungkin mengandung rahasia asal-usul dunia!

Selama berminggu-minggu berturut-turut, dia menyelidiki keadaan dataran tinggi itu

tanpa merasa lelah, mencari jawabannya dalam batu-batu kuno, dan juga dengan cara

mewawancarai para penduduk aseli. Hasil penyelidikannya adalah sangat sedikit;

menurut penduduk Bolivia, maka kota Tiahuanaco sejak dahulu-kala hanya dikenal

sebagai suatu reruntuhan, dan menurut mereka malahan sudah diciptakan ‘sebelum

lahirnya matahari dan bintang-bintang di langit’.

Kini, para akhli terbesar mengenai Andes menyatakan, bahwa Tiahuanaco berasal dari

jaman beberapa puluh ribu tahun sebelum Masehi.
 

Siapakah Yang Menghuni Kota Kuno Itu?


Bangunan, yang paling megah dan mengesankan dari keseluruhan kota kuno itu, adalah

“Pintu-gerbang Matahari”. Tinggi tiga meter dan lebar enam meter, di pahat dari sebuah

balok batu utuh yang beratnya lebih dari 100 ton, bangunan itu dihiasi dengan 48 buah

bentuk gambar, yang disusun dalam tiga baris dan mengelilingi suatu makhluk aneh, yang

disebut oleh orang-orang Andes sebagai “Dewa”.

Semua bangunan sisa dari Tiahuanaco berbentuk seimbang dengan bentuk “Pintugerbang

Matahari”. Balok-balok batu, yang masing-masing beratnya 100 ton dan 60 ton,

di satukan atau di gandengkan dengan jepitan-jepitan tembaga. Batu-batu ubin yang

berukuran 5 meter, dan dipotong-potong dari batu-batu balok utuh, pipa-pipa dari batu

yang sudah putus-putus di beberapa tempat, dan tersebar di dataran tinggi itu;

kesemuanya itu membingungkan para akhli purbakala. Siapakah kiranya yang telah

mendirikan bangunan-bangunan itu?

Patung-patung yang luar biasa besarnya, yang diketemukan di tempat itu, menambah lagi

keanehan pada kota, yang berumur ribuan tahun itu. Sebab, terlepas dari besarnya yang

luar biasa, patung-patung itu sama sekali tidak mempunyai persamaan satu sama lain, dan

menggambarkan suatu perbedaan rupa bangsa, yang mengagumkan; yang sebuah

menunjukkan bentuk seorang Negro dengan bibirnya yang tebal dan hidungnya yang

pesek, yang sebuah lainnya menunjukkan bentuk orang Eropa dengan bibirnya yang tipis

dan hidungnya yang mancung. Karenanya, terpaksalah kita bertanya: “Termasuk bangsa

apakah penduduk kota Tiahuanaco pada jaman pra-sejarah itu? “.

Benar-benar Suatu Pompeii Di Amerika:

Beberapa ratus kilometer dari Tiahuanaco diketemukan “Candelabro” (= trisula) dari

Pisco, yang panjangnya 183 meter dan terbuat dari balok-balok batu yang mengandung

fosfor serta berwarna putih mengagumkan.

Tiap-tiap cabang trisula itu lebarnya 3,85 meter. Benda itu dapat dilihat dari darat, udara

maupun laut. Terletak di bukit pasir, trisula itu mirip dengan bekas-bekas yang ada di

Nasca, dan menunjukkan adanya persamaan bentuk-bentuk tekniknya.

Reruntuhan Baalbek dapat disamakan dengan tiga macam keanehan dari jaman prasejarah,

yang baru saja dipersoalkan. Baalbek merupakan sebuah kota dengan bangunanbangunan

keagamaan yang sangat besar, yang dibuat dari balok-balok batu utuh. Di kota

itulah, di antara benda-benda aneh lainnya telah diketemukan sebuah batu yang terberat di

dunia, yang disebut “Hadjar El-Goubla” (= Batu dari Selatan) dan mempunyai berat dua

juta kilogram!

Apakah tempat-tempat keagamaan itu ada hubungannya dengan peradaban kota

Tiahuanaco, yang telah meninggalkan bekas-bekas lain di seluruh Amerika?

Kolonel Walker, yang dalam tahun 1850 mengadakan penyelidikan di seluruh Nicaragua,

dan menemukan tempat-tempat bekas kota-kota yang telah hancur, telah meninggalkan

tulisan mengenai salah sebuah kota, yang telah hancur itu, sebagai berikut: “Di tempat ini

kami melihat sebuah bangunan pusat yang mengagumkan, yang di sekelilingnya, sampai

kira-kira sejauh satu mil, terdapat berserakan sisa-sisa sebuah kota. Di sana terdapat

bukti-bukti tentang bekas adanya gunung meletus, dengan balok-balok batu yang terbakar

menjadi arang, yang membuktikan pernah terjadinya suatu bencana yang mengerikan. Di

tengah-tengah kota itu, benar-benar suatu Pompeii di Amerika, berdirilah sebuah batu

cadas yang tingginya kira-kira 20 sampai 30 kaki, yang masih kelihatan sebagai sisa

sebuah bangunan raksasa. Ujung bangunan itu kelihatan seperti muncul dari sebuah

tungku. Sangat anehlah, bahwa orang-orang Indian tidak mempunyai ceritera-ceritera

kuno mengenai masyarakat jaman prasejarah, yang dahulunya tumbuh dan berkembang di

daerah itu. Kalau mereka mengawasi reruntuhan yang menyedihkan itu, maka mereka

menunjukkan penuh rasa hormat dan enggan, seperti menghadapi suatu tempat suci, akan

tetapi mereka sama sekali tidak mengetahui sejarah reruntuhan itu”.
 

SELESAI
Share: